Halaman:Soeara Moeslimin - 1-12-1943.pdf/15

Halaman ini telah diuji baca

PATAH-TOEMBOEH, HILANG-BERGANTI
„Datang tampak moeka, pergi tampak poenggoeng”.

  Keadaan ’alam serta peristiwa-peristiwa jang didalamnja mengandoeng peroebahan dan pertoekaran silih-berganti. Kesemoeanja mempoenjai riwajat. Jang hilang meninggalkan riwajat, penggantinjapoen merentjanakan riwajat poela sebagai langkah kedepan; meskipoen serba sedikit.
  Agak gelisah kita menantikan, hendak mengetahoei betapa benar isi riwajat-riwajat jang dihadjatkan. Lazimnja setelah terboeka lembaran riwajat tadi, kepada sebagian merasa terharoe dan sebagian lagi lega-lapang perasaannja. Tetapi pada hakikatnja namoen mengharoekan kepada sekalian atau melega-lapangkan sebagian, adalah seroepa sadja hikmatnja.
  Boekankah ta’kan mengetjawakan, bila tersoea dalam riwajat itoe bekas-bekas atau tanda-tanda jang baik, jang mengagoemkan, teristimewa lagi djika segalanja itoe penoeh dengan manfa’at-faedah bagi masjarakat. Itoelah soeatoe kemoeliaan. Masjarakat akan berterima kasih serta mentjoerahkan penghormatan soetji kepada pentjipta riwajat jang semoelia itoe. Djasanja ra'kan sia-sia.
  Pemboeka riwajat jang moelia, perintis djalan jang berfaedah, poen mereka jang sepaham akan mendapat tempat dan bahagia jang istimewa baiknja.
  Apabila kita balik lembaran kita-kitab jang berisi sabda-sabda Rasoeloe’llah s.a.w., maka

akan bersoealah satoe nasihat Beliau, demikian ini maksoednja:

  „Barang siapa mengadjak (merintis djalan) orang kepada pertoendjoek jang baik, adalah 

baginja gandjaran seperti gandjaran-gandjaran mereka jang mengikoetnja, sedikitpoen tiada dikoerangi. Dan barang siapa mengadjak atau menoendjoeki orang kepada djalan sesat, adalah baginja dosa-dosa seperti dosa-dosa mereka jang mengikoetnja, sedikitpoen tiada dikoerangi."

(R. Aboe Hoerairah).

  Dikala terbetik berita, Madjlis Islam A’laa Indonesia (M.I.A.I.) boebar, sedang gantinja beloem lagi diketahoei njata, maka tiada sedikit teman-sedjawat bertanja-tanja, baik dilahirkan njata, maoepoen tersemboenji dalam hatinja: „Boekankah nama M.1.A.I. itoe soedah moeloek, bagoes dan masjhoer, apakah nama jang melebihi dari itoe?”
  Memang kalau nama hendak dipokokkan atas-mengatasi tak ada lagi. Tetapi boekan so’al nama jang mendjadi perbintjangan dan tidak poela nama jang mendjadi pokok, bahkan lazimnja dan soedah ter‘adat „Patah-toemboeh, hilang 

berganti", namoen nama jang baroe tidak melebihi jang lama. Nama hanja sebagai perhiasan belaka, ia dipandang tjantik dan sedap dalam pemandangan serta menarik perhatian, kalau nama jang baik itoe sesoeai dengan djiwa-raga dan ’amal pekerdjaannja jang baik poela.

  Pokoknja:’Amal-oesaha” jang haroes diketengahkan. 
  Jang lama seperti M.I.A.I. soedah ada ’amal-oesahanja jg. ditinggalkannja dan jang baroe akan ber’amal-beroesaha poela dengan tidak mengoerangi penghargaan dan penghormatan bagi jang lama, bahkan baik poela sebab djalan pertama soedah diboeka, dirintis oleh jang lama. Terboeka djalan.
  Diantara pidato bekas ketoea Dewan M.LA.I. (lihat Soeara Miai no. 21, th. I) ada kata-kata

jang moeloek jang keloear dari hati jang ichlas dan lisan jang soetji, kita terakan disini:

  „Moedah-moedahan segala_benih jang kita tanam itoe akan toemboeh mendjadi boeah jang lezat rasanja dan manfa’at bagi Oemmat Islam Indonesia pada oemoemnja. Amin!” Sekian.
  „Madjlis Sjoero Moeslimin Indonesia” (MASJOEMI) lahir dan pengendalinja telah siap-

lengkap. Salah satoe dari oesaha MIAI dilandjoetkan oleh „Masjoemi”, ialah beroepa madjallah jang toeroet poela berganti nama dan pengasoehnja.

  Sepatah-doea patah kata ada ditoeliskan oleh pengasoeh jang lama (Pemimpin Redaksi), dimoeat dalam nomor ini djoega.
  Pengasoeh jang baroe menjamboet: Moedah-moedahan ’amal-oesaha jang telah ada dan telah didjalankan itoe mendjadi soeatoe ’amalan jang soetji serta bahagia disisi Allah Ta’-ala.
  „Datang tampak moea, pergi tampak poenggoeng”, kias kata orang toea-toea. Kalau ditilik pengasoeh baroe ini masih serba moeda dalam hal menjoesoen dan menarikan penanja, amat berat terasa menggerakkan pena itoe. Akan tetapi dengan setjara tolong-menolong memberikan soembangan pikiran, moedah-moedahan jang serba berat itoe mendjadi serba ringan. Kepada Allah kita mohonkan pertoendjoekNja.
  „Masjoemi" lahir, namanja tidak akan mengatasi nama „MIAI”, tetapi MASJOEMI bertjita-tjita melakoekan sesoeatoe 'amal pekerdjaan jang moerni. Masjoemi bertjita-tjita mempertinggi peradaban, dan mempersemangatkan, agar Oemmat Islam tidak maoe ketinggalam, ikoet membantoe dan menjoembangkan tenaganja oentoek keagoengan Islam dalam „Lingkoengan Kemakmoeran Bersama di Asia Timoer Raya” dibawah pimpinan Dai Nippon.
  Kami soedahi dengan pesanan Djoendjoengan kita Nabi Moehammad s.a.w. demikian ini:
  „Barang siapa menghidoepkan soennahkoe {pengadjarankoe), sebenarnja karena tjintanja

kepadakoe (Nabi Moehammad s.a.w.); dan mereka jang mentjintai saja akan saja adjak bersama-sama, beristirahat di Djannah (Taman Bahagia Raya).”

  Moedah-moedahan sadja, langkah kita kedepan ini benar-benar dapat disesoeaikan dengan kehendak dan panggilan zaman ASIA TIMOER RAYA.
  Wa bi'llahi’ttaufiq.

R A P Y.

13