Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/115

Halaman ini tervalidasi
Ancaman dan bahaya dari luar inilah yang memaksa dan mendesak rakyat Gowa untuk memilih seorang anak Raja Gowa yang berwatak gemblengan, berwibawa dan memiliki kecakapan untuk memimpin kerajaan Gowa menghadapi tantangan jaman itu. Dan rakyat Gowa menemukan sifat-sfat seperti itu di dalam diri anak laki-laki Sultan Muhamad Said yang bernama I. Mallombasi Muhamad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape. Maka diangkatlah beliau ini sebagai Raja Gowa yang ke XVI dengan gelar Sultan Hasanudin.
Jadi karena memenuhi panggilan itulah maka Sultan Hasanudin oleh sejarah diharuskan tampil ke depan untuk menerima tantangan dari penjajahan Belanda (V.O.C.) yang sedang menanjak naik menuju ke puncak kejayaannya. Dan sebagai ayam jantan Benua Timur Sultan Hasanudin terjun ke medan laga memimpin rakyat Gowa yang gagah-berani menentang orang-orang Belanda (V.O.C.) yang hendak menjajah negerinya.
Kalau Sultan Hasanudin, seperti yang terbukti di dalam sejarah, tokh kalah maka hal itu bukanlah karena sifat-sifat dan kelebihan-kelebihan beliau yang kami tonjolkan tadi terlalu dilebih-lebihkan dan dibesar-besarkan.
Tidak dapat disangkal bahwa Sultan Hasanudin dan pahlawan-pahlawan Gowa yang dipimpinnya telah bertempur dengan gagah-berani dan membela setiap jengkal bumi tanah Gowa dengan tetesan darah dan nyawa mereka. Namun nyatanya mereka kalah. APA SEBAB??? Tidak lain karena rupanya roda sejarah penjajahan Belanda sedang menggelinding dengan hebatnya dan menggilas hancur tanah air kita Indonesia. Roda penjajahan yang menggelinding dengan hebatnya itu tidak dapat dan tidak mungkin ditahan atau dibendung dengan kekuatan apapun juga. Sultan Hasanudin dan pahlawan-pahlawan Gowa yang dipimpinnya tergilas hancur oleh roda penjajahan yang sedang menggelinding dengan hebatnya itu. Nasib yang serupa itu dialami pula oleh pahlawan-pahlawan kita yang gagah-berani seperti Teuku Umar dan Tengku Cik di Tiro di Aceh, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Pangeran Diponegoro di Jawa, Pangeran Antasari di Kalimantan, Pattimura di Maluku dan lain-lainnya. Beliau-beliau itu semuanya pahlawan-pahlawan yang gagah-berani. Akan tetapi seperti yang kami sudah katakan tadi, roda penjajahan Belanda di Indonesia

101