Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/124

Halaman ini tervalidasi

cantum bahwa beberapa orang penting Gowa berhutang kepada V.O.C. Setelah diadakan penelitian, maka ternyata bahwa hal itu tidak benar sama sekali. Bahkan kepala kantor dagang V.O.C. itu mengadakan hubungan dengan orang-orang Sepanyol yang juga mempunyai kantor dagang di Sombaopu. Seperti kita sudah sama maklum, orang-orang Portugis dan orang-orang Sepanyol adalah musuh-musuh orang-orang Belanda (V.O.C.). Kemudian kantor dagang V.O.C. di Sombaopu ditutup. Selain dari pada itu kedua orang utusan V.O.C. itu ditugaskan pula untuk mengadakan pembicaraan dengan kerajaan Gowa. Pada pembicaraan yang pertama pihak kerajaan Gowa mengajukan protes atas tindakan Laksamana Matelief yang menyerang perahu-perahu Gowa di dekat Ambon. Pada pertemuan yang kedua Jacques l'Hermite memohon kepada Raja Gowa agar jangan lagi menjual beras kepada orang-orang Portugis di Malaka. Atas permohonan utusan Belanda (V.O.C.) ini Sultan Alaudin menjawab bahwa kerajaan Gowa terbuka bagi semua bangsa untuk berdagang. Baginda tidak membedakan antara bangsa Belanda dan orang-orang Portugis. Namun atas desakan orang-orang Belanda baginda berjanji tidak akan mengirim beras ke MaLaka dalam tahun itu. Baginda sangat menyesalkan bahwasannya Belanda (V.O.C.) menutup kantor dagangnya di Sombaopu. Kedua orang utusan V.O.C. itu berjanji akan segera mengirimkan seorang untuk membuka kembali kantor dagang Belanda di Sombaopu.

Kemudian dikirimlah Francois Wittert ke Sombaopu dalam perjalanannya ke kepulauan Maluku. Francois Wittert ditugaskan mengadakan hubungan dengan Raja Gowa dan membuka kembali kantor dagang Belanda (V.O.C.) di sana. Samuel Denis ditugaskan untuk mengepalai kantor dagang V.O.C. di Sombaopu.

Pada tahun 1614 Hans de Hase mengunjungi Sombaopu. Karena kurang puas terhadap perdagangan dengan kerajaan Gowa, maka Hans de Hase mengusulkan dan menganjurkan agar kantor dagang Belanda (V.O.C.) di Sombaopu ditutup saja. Orang-orang suku Makasar menjadi saingan yang besar dan berbahaya dalam perdagangan rempah-rempah di Maluku. Bahkan Hans de Hase menganjurkan agar semua perahu orang-orang Makasar di Maluku diserang dan dihancurkan.
Pada tanggal 2 April 1615 tibalah kapal Belanda yang bernama Enkhuysen di pelabuhan Sombaopu. Kapal ini berada

110