Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/132

Halaman ini tervalidasi

kan agar mereka (Gowa dan V.O.C.) kembali hidup berdamai dan bersahabat dengan syarat agar kerajaan Gowa jangan berdagang di tempat-tempat yang menjadi musuh Kompeni. Sri Baginda Raja Gowa setuju dengan syarat itu, maka Gubernur Jenderal van Diemen akan mengutus Anthonio Caen yang mahir berbahasa Indonesia (Melayu) menghadap Sri Baginda Raja Gowa. Maka terjadilah perundingan antara V.O.C. dan kerajaan Gowa. Pada tanggal 26 Juni 1637 ditanda-tanganilah dan dibubuhilah cap resmi kedua belah pihak pada perjanjian yang sudah disetujui itu. Kemudian Gubernur Jenderal Antonio van Diemen mengirimkan hadiah-hadiah kepada Raja Gowa. Pun orang-orang lnggeris dan orang-orang Deen yang selama ini tidak pernah berurusan dengan orang-orang Belanda datang menyambut dan menghormat Gubernur Jenderal Belanda itu. Rupanya demikianlah yang dilazimkan oleh protokol pada masa itu. Pada waktu itu diadakan pula pesta perdamaian dan minuman pun diedarkan untuk keselamatan kedua bangsa dan pemimpinnya (Raja Gowa dan Gubernur Jenderal) yang menyetujui perjanjian perdamaian itu. Sebagai tanda peneguhan perjanjian itu Gubernur Jenderal Antonio van Diemen memerintahkan semua kapal V.O.C. yang berlabuh di Sombaopu melepaskan beberapa tembakan meriam. Sebelum berangkat meninggalkan Gowa Gubernur Jenderal Antonio van Diemen memerintahkan lagi melepaskan 9 (sembilan) tembakan meriam sebagai penghormatan. Tembakan meriam Belanda itu oleh orang-orang Makasar dibalas dengan salvo kurang lebih 600 (enam ratus) senapan sampai tiga kali. Pada tanggal 8 Juli 1637 tibalah Gubernur Jenderal Antonio van Diemen di Batavia (Jakarta).

Di dalam "Buku Harian Raja-Raja Gowa dan Tallo" (Dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo) tentang perundingan perdamaian itu dicatat dengan singkat sebagai berikut: "Orang-orang Belanda membuang sauh dan berlabuh di pelabuhan Sombaopu. Orang-orang Aceh pergi ke kapal-kapal Belanda itu. Kami menaikkan bendera dan mengadakan persetujuan dengan mereka. Orang-orang Belanda menyetujui keinginan Sri Baginda Raja Gowa untuk tidak menempatkan orangnya (pedagang atau kepala kantor perdagangan) di Sombaopu.

Dengan demikian tercapailah perdamaian antara kerajaan Gowa dan V.O.C. Namun orang-orang Belanda tidak pernah puas dan selalu mencurigai bahkan menuduh orang-orang Maka-

118