Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/134

Halaman ini tervalidasi

dan menuntut pembayaran jumlah yang penuh. Akhirnya, karena terpaksa, maka pada tahun 1641 barulah V.O.C. memenuhi tuntutan Raja Gowa itu dan membayar seluruh jumlah yang diminta oleh Raja Gowa. Jadi Belandalah yang mula-mula dan memang sering melanggar perjanjian yang telah dibuatnya.

Kemudian terjadi lagi peristiwa-peristiwa yang menegangkan dan merenggangkan hubungan antara V.O.C. dan kerajaan Gowa. Di perairan pulau Buru terjadi pertempuran yang seru antara armada Gowa dan kapal-kapal Belanda (V.O.C.). Para pemimpin perlawanan rakyat Maluku yang menentang kesewenang-wenangan Belanda (V.O.C.) meminta bantuan kepada kerajaan Gowa. Memang kerajaan Gowa merupakan satu-satunya kerajaan di Indonesia bagian timur yang berani dan sanggup melawan Belanda (V.O.C.). Setelah beberapa kali mengirimkan utusan, akhirnya pada tahun 1641 Kimelaha dari Luhu sendiri datang ke Sombaopu untuk meminta bantuan. Hal ini menggelisahkan Sultan Hamzah dari Ternate dan Belanda yang bersekutu dengan Ternate. Raja Gowa menolak menyerahkan Kimelaha dari Luhu kepada orang-orang Belanda (V.O.C.).
Permohonan Belanda (V.O.C.) untuk mendirikan kantor dagang dan menempatkan wakil tetapnya di Sombaopu, seperti halnya bangsa-bangsa lain (Sepanyol, Portugis, Inggeris dan Deen) masih tetap ditolak oleh Raja Gowa. Sikap Raja Gowa ini sangat mengecewakan orang-orang Belanda (V.O.C.). Jikalau kita perhatikan dengan sungguh-sungguh segala kejadian yang telah kami uraikan di depan tadi, maka sikap kerajaan Gowa yang seperti itu terhadap orang-orang Belanda (V.O.C.), sesungguhnya disebabkan oleh tingkah-laku dan perbuatan orang-orang Belanda (V.O.C.) sendiri.
Sampai beberapa lamanya orang-orang Belanda belum juga memperoleh idzin untuk membuka kantor perdagangannya dan menempatkan wakil tetapnya di Sombaopu. Terutama di kepulauan Maluku yang menjadi sumber dan gudang rempah-rempah yang banyak sekali memberi keuntungan kepada V.O.C. orang-orang Makasar merupakan gangguan dan batu penghalang yang besar. Orang-orang Makasar tidak mau menggubris larangan-larangan dan peraturan-peraturan yang dibuat oleh V.O.C. Orang-orang Makasar tidak mau mengakui hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang hendak dipaksakan oleh V.O.C.

120