Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/141

Halaman ini tervalidasi

semata-mata untuk orang-orang Belanda (V.O.C.) saja. Jadi kerajaan Gowa tidak mau mengakui orang-orang Belanda (V.O.C.) sebagai yang dipertuan di kepulauan Maluku. Orang-orang Makasar menentang orang-orang Belanda yang dengan sewenang-wenang dan seenaknya sendiri saja membuat peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang sangat merugikan orang lain atau bangsa lain. Jadi kepentingan kerajaan Gowa dan kepentingan V.O.C. saling bertentangan dan bertabrakan. Maka tidaklah mengherankan jikalau pada suatu waktu keduanya pasti akan saling berhadapan dalam suatu medan peperangan yang dahsyat.

Jadi ketegangan yang sering disertai pertempuran yang seru antara kerajaan Gowa dan orang-orang Belanda (V.O.C.) sesungguhnya sudah berlangsung jauh sebelum Sultan Hasanudin naik dan menduduki takhta kerajaan Gowa. Pada tahun 1634 sebuah armada Belanda di bawah pimpinan Gijsbert van Lodenstein memblokade Sombaopu. Sultan Alaudin (nenek Sultan Hasanudin) mengerahkan beribu-ribu orang untuk memperkuat ibukota dari benteng kerajaan beginda. Jadi sudah sejak kecil Sultan Hasanudin tentunya sudah mendengar dan mengerti betul bahwa Belanda (V.O.C.) adalah saingan dan musuh kerajaan Gowa yang sangat berbahaya. Jadi sudah sejak masa mudanya dan sebagai seorang bekas Karaeng Tumakkajannangngang yang mengerti soal peperangan dan keamanan negara tentunya Sultan Hasanudin sudah mengerti bahwa bahaya yang mengancam kerajaan Gowa dari luar, ialah dari pihak orang-orang Belanda (V.O.C.). Memang Belanda (V.O.C.) selalu berusaha dan mencari jalan untuk meronrong dan menghancurkan kerajaan Gowa yang dianggapnya sebagai batu penghalang yang besar bagi monopoli perdagangannya di bagian timur Indonesia. Untuk dapat bebas dan leluasa menjalankan monopoli perdagangannya, maka orang-orang Belanda terlebih dahulu harus menyingkirkan kerajaan Gowa. Selama kerajaan Gowa masih tegak dan memegang supremasi di bagian timur tanah-air kita, selama itu pula orang-orang Belanda (V.O.C.) tidak dapat dengan leluasa memaksakan monopoli perdagangannya. Selama kerajaan Gowa masih berkuasa, selama itu pula orang-orang Belanda (V.O.C.) tidak dapat bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat Maluku. Ti-

127