Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/147

Halaman ini tervalidasi

Pada tanggal 28 Desember 1955 Willem van der Beeck berhasil membuat perjanjian dengan kerajaan Gowa. Perjanjian ini dibuat dan bersifat perjanjian antara dua pihak yang setingkat dan setaraf kedudukannya. Perjanjian itu diteguhkan pada tanggal 2 Pebruari 1656. lsi-isi pokok dari pada perjanjian itu, adalah;

  1. Orang-orang Makasar yang masih berada di daerah Ambon boleh kembali ke negerinya.
  2. Raja Gowa boleh menagih semua hutang-piutangnya yang ada di Ambon.
  3. Orang-orang tawanan di kedua belah pihak akan diserahkan kepada masing-masing pihak (tukar-menukar tawanan).
  4. Musuh-musuh V.O.C. tidak perlu menjadi musuh-musuh kerajaan Gowa (Keterangan penulis: Misalnya orang-orang Portugis. Seperti diketahui orang-orang Portugis adalah musuh orang-orang Belanda atau V.O.C., tetapi mereka tidak perlu atau dengan sendirinya harus menjadi musuh kerajaan Gowa).
  5. Orang-orang Belanda (V.O.C.) tidak akan mencampuri perselisihan orang-orang Makasar.
  6. Belanda (V.O.C.) boleh menangkap semua orang-orang Makasar yang kedapatan berlayar di kepulauan Maluku.
  7. Raja Gowa akan memperoleh ganti kerugian sepenuhnya untuk saham baginda dalam kapal Portugis yang bernama ”St. Joan Bapthista” yang dirampas oleh V.O.C.

Sungguhpun pasal-pasal yang tersebut di atas tidak sepenuhnya diterima atau menguntungkan kerajaan Gowa, namun oleh orang-orang Belanda Willem van der Beeck dikecam dengan keras. Mereka menganggap pasal-pasal itu terlalu manis dan sangat menguntungkan pihak kerajaan Gowa. Van der Beeck oleh pimpinan V.O.C. dianggap bertindak melampaui batas wewenangnya. Pimpinan V.O.C. sangat kecewa terhadap Van der Beeck, padahal mengingat kedudukan dan pengalaman beliau seperti yang sudah kami uraikan di depan tadi, beliau seorang yang mengerti betul tentang keadaan serta soal hubungan antara V.O.C. dan kerajaan Gowa. Cornelis Speelman sering mencela

133