Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/148

Halaman ini tervalidasi

perjanjian itu sebagai perjanjian perdamaian yang sangat buruk. Bahkan Valentijn menyatakan bahwa van der Beeck bahkan dipecat dari jabatannya sebagai anggota "Buitengewoon Raad dan Majoor van Batavia. Dari kenyataan-kenyataan di atas itu jelas dapat kita ketahui maksud dan tujuan yang sebenarnya Belanda (V.O.C.) mengadakan perjanjian, yakni: "Mencari dan mengusahakan keuntungan yang sebesar-besamya."

Perjanjian Perdamaian yang baru dibuat antara kerajaan Gowa dan V.O.C. yang diwakili oleh Van der Beeck itu ternyata tidak dapat menjamin hubungan yang baik antara Belanda (V.O.C.) dan orang-orang Makasar (kerajaan Gowa). Sebabnya ialah karena pihak-pihak yang membuat perjanjian itu mempunyai pengertian dan kepentingan yang tidak sama, bahkan bertentangan satu sama lain.

Orang-orang Makasar di bawah pimpinan Sultan Hasanudin tahu betul dan sadar bahwa apabila orang-orang Belanda (V.O.C.) berkuasa, maka kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di daerah yang dikuasai Belanda (V.O.C.) itu akan dirusak dan dimusnahkan. Contoh yang jelas ialah nasib rakyat kepulauan Maluku yang terkenal sebagai sumber rempah-rempah sejak dahulu kala. Jauh sebelum orang-orang Eropa dan orang-orang Belanda datang ke Indonesia, kepulauan Maluku sudah terkenal dengan hasil rempah-rempahnya. Terutama cengkih dan pala merupakan daya penarik yang kuat bagi pedagang-pedagang dari luar negeri untuk datang sendiri ke Maluku.

Bagaimana keadaan kemakmuran rakyat penghasil cengkih dan pala di kepulauan Maluku sulit untuk memberikan gambaran yang mendekati kebenaran, karena kurangnya sumber-sumber tentang hal itu. Namun sampai sekarangpun di kalangan rakyat masih terkenal kata-kata: "Goyang cengkeh, ringgit gugur." Kata-kata ini jelas menggambarkan adanya suatu masa kemakmuran bagi rakyat Maluku. Sebelum orang-orang Eropa pada berdatangan dan sebelum orang-orang Belanda (V.O.C.) menjalankan tindakan ekstirpasi, kepulauan Maluku sudah terlibat dalam perdagangan yang ramai. Kemakmuran dapat dicapai oleh kerajaan-kerajaan di Maluku Utara, rakyat di Hitu dan di Banda. Banyak kepala suku menjadi kaya, buktinya banyak di antara mereka disebut orang-kaya di kemudian hari.

134