Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/150

Halaman ini tervalidasi

dahsyat yang menentukan hidup matinya rakyat di daerah-daerah itu, yakni: Perang Hitu I dari tahun 1634 sampai tahun 1643, Perang Hitu II dari tahun 1643 sampai tahun 1646 dan Perang Hoamoal dari tahun 1651 sampai tahun 1656. Kapitan Hitu Kakiali dan Talukabessy memimpin rakyat Hitu melawan Belanda (V.O.C.) dari tahun 1634 sampai tahun 1646. Perang Hoamoal yang berlangsung dari tahun 1651 sampai tahun 1656 dipimpin oleh Kimelaha Majira.

Sebelum peperangan-peperangan itu berkobar, J.P. Coen yang terkenal sebagai peletak batu pertama penjajahan Belanda di Indonesia, telah melakukan kekejaman yang tidak mengenal peri-kemanusiaan di Banda. Pada tanggal 11 Maret 1621 ratap tangis meliputi Banda. Darah putera-puteranya membasahi bumi yang mereka cintai. Seluruh kepulauan ”ontvolkt”, seluruh penduduk kepulauan ”dibersihkan” oleh tangan besi dan kekejaman J.P. Coen. Kolonis-kolonis Belanda atau ”perkeniers” dan budak-budak di antaranya dari Siau, Solor dan Buton diangkut ke Banda untuk mengisi lagi kepulauan yang kosong akibat kekejaman J.P. Coen itu. Tanpa ampun J.P. Coen menghancurkan rakyat Banda. Yang tidak tewas dibunuh atau ditangkap lalu diangkut ke Batavia sebagai budak. Untung bagi mereka yang masih sempat melarikan diri ke Seram atau ke tempat-tempat lain. Banyak orang kaya yang disuruh pancung kepalanya. Di atas reruntuhan kebun-kebun pala, di atas darah yang membasahi bumi, para perkeniers atau kolonis-kolonis Belanda berpesta. Setiap tahun mereka merayakan hari tanggal 11 Maret sebagai hari kemenangan Belanda atas rakyat Banda. Dalam buku beliau ”Timbulnya Militerisme Ambon” I.O. Nanulaitta selanjutnya menulis: ”Tidakkah ini menunjukkan mentalitas dagang manusia-manusia yang menamakan dirinya orang-orang Keristen? Suatu tragik dalam sejarah Coen dijadikan suatu peristiwa gembira. De Graaf yang terkenal di lingkungan ”lndische Kerk” tidak luput dari mentalitas itu. Dalam buku de Graaf yang berjudul ”Geschiedenis van Indonesie” halaman 196 kita baca: ”Geen onschuldigen, ook geen onnozelen had Coen gestraft, maar de tuchtiging was wel heel zwaar geweest”. Bukan ”heel zwaar” tetapi ”heel onmenselijk” (= sangat tidak berperi-kemanusiaan) adalah istilah yang lebih tepat. (Terjemahan bahasa Belanda tersebut di atas adalah sebagai berikut: ”Tidak ada orang yang tidak bersalah, juga tidak ada orang dungu atau orang


136