Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/155

Halaman ini tervalidasi

(V.O.C.). Jikalau kerajaan Gowa tidak mau memenuhi keinginan V.O.C. ini, maka tidak akan diadakan pengembalian uang. Demikian pula segala tuntutan ganti kerugian dari pihak kerajaan Gowa tidak akan dilayani. Maka lebih baik mereka berhadapan dalam peperangan terbuka dari pada hidup di dalam perdamaian yang semu. Untuk melaksanakan keputusan ini pada tanggal 25 Pebruari 1659 diutuslah Willem Bastingh oleh pimpinan V.O.C. di Batavia sebagai komisaris ke Sombaopu. Willem Bastingh membawa pula 50.000 (lima puluh ribu) gulden untuk kemungkinan ada tagihan atau ada tuntutan mengenai keuangan dari pihak kerajaan Gowa.

Tugas Willem Bastingh gagal dan tidak dapat mencapai apa yang dikehendaki oleh V.O.C. Pada tanggal 16 September 1659 utusan V.O.C. itu terpaksa kembali ke Batavia untuk melaporkan segala apa yang dialaminya di Gowa. Setelah beberapa kali mengadakan pembicaraan yang tidak menghasilkan apa-apa, maka pada tanggal 1 April 1659 Sultan Hasanudin menyampaikan sebuah memo kepada V.O.C. dengan tuntutan-tuntutan antara lain sebagai berikut:

1) V.O.C. tidak boleh mencampuri soal pulau Buru dan pulau Seram serta tidak boleh mengganggu penduduk pulau-pulau itu.

2) Orang-orang Makasar yang ada di tangan (di tawan) Kumpeni Belanda (V.O.C.) harus diserahkan kembali kepada Gowa.

3) Raja Gowa harus menerima sisa pembayaran kapal St. Joan Bapthista yang dirampas oleh V.O.C. sesuai dengan jumlah yang dijanjikan oleh Willem van der Beeck (utusan V.O.C. yang terdahulu).

4) V.O.C. harus membayar ganti kerugian untuk 400 (empat ratus) orang Bima yang dibinasakan atau dibawa pergi pada waktu V.O.C. menyerang Bima.

5) Benteng pertahanan Belanda (V.O.C.) di Menado (Minahasa) harus dibongkar.

6) V.O.C. harus mengembalikan perahu-perahu milik Karaeng Karunrung dan Karaeng Sumana yang dirampas oleh V.O.C. serta barang-barang milik Francisco Viera dan Francisco Mendes yang ada di dalam perahu-perahu itu.


141