Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/165

Halaman ini tervalidasi

Benteng Pannakukang. Tentang seluruh peperangan ini dalam "BUKU HARIAN RAJA-RAJA GOWA DAN TALLO" (Het dagboek der Vorsten van Gowa en Tallo) ada tercantum antara lain sebagai berikut: Tahun 1660: Tanggal 12 Juni Pannakukang diserang oleh orang-orang Belanda. Tanggal 5 Juli Karaeng Popo pergi ke Batavia untuk membeli kembali Pannakukang. Tanggal 2 Desember kami berunding dengan orang-orang Belanda dan mengadakan perdamaian.

Jadi dalam keyakinan orang-orang Makasar tertanam bahwa Karaeng Popo pergi ke Batavia dengan tugas untuk membeli kembali benteng Pannakukang yang direbut dan diduduki oleh Belanda (V.O.C.).

Di sini bukanlah maksud kami untuk menguraikan dengan panjang lebar dan secara mendetail serta mendalam tentang perjanjian yang diadakan di Batavia (Jakarta). Perjanjian itu dibuat pada tangga1 19 Agustus 1660 oleh Karaeng Popo sebagai utusan dan wakil Sultan Hasanudin dan para wakil V.O.C. yang nama-namanya telah kami sebutkan di depan tadi. Namun secara singkat ingin kami meninjau dan menyoroti perjanjian yang untuk mudahnya kami sebut saja "Perjanjian Jakarta" ini dari beberapa segi. Di depan tadi kami sudah mengatakan bahwa di balik keinginan dan usaha Belanda (V.O.C.) untuk mengadakan perundingan dan mencapai perjanjian persahabatan dengan Raja-Raja atau pemimpin bangsa Indonesia, selalu ada tersembunyi maksud-maksud yang tidak jujur. Memang sejarah bangsa Indonesia penuh dengan fakta-fakta yang membuktikan bahwa tiap-tiap perjanjian dengan pihak Belanda selalu merugikan bagi bangsa Indonesia. Belanda selalu licik dan sangat lihai dalam menghadapi kepercayaan baik bangsa Indonesia terhadap "maksud-maksud baik" Belanda. Pun di dalam perjanjian yang diadakan antara Karaeng Popo yang mewakili Sultan Hasanudin dan wakil-wakil resmi V.O.C. di Jakarta ini tampak dengan jelas hal ini. Dalam perjanjian itu seolah-olah pihak kerajaan Gowa pihak yang takluk atau menyerah tanpa syarat. Pada waktu perjanjian itu dibuat (tahun 1660) potensi politik dan potensi ekonomi kerajaan Gowa di daerah Indonesia bagian timur tidaklah kalah jikalau dibandingkan dengan potensi politik dan potensi ekonomi yang dimiliki oleh Belanda (V.O.C.). Namun, di dalam keadaan yang sedemikian itu Belanda yang memang sangat licik

151