Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/178

Halaman ini tervalidasi

Dengan ini dan mengingat kemampuan pasukan-pasukan kerajaan Gowa untuk melumpuhkan perlawanan Aru Palaka dan kawan-kawannya di daratan Sulawesi Selatan, maka jelaslah bahwa sampai awal tahun kerajaan Gowa masih berdaulat penuh dan masih mempunyai potensi yang hebat sekali, baik di darat maupun di lautan. Dengan ini jelaslah pula apa yang kami kemukakan tadi mengenai perjanjian yang dibuat oleh Karaeng Popo di Batavia. Pada waktu itu (Agustus 1666) kerajaan Gowa bukanlah pihak yang bertekuk lutut atau menyerah tanpa syarat. Gowa sama sekali tidak lumpuh sebagaimana yang seolah-olah hendak digambarkan oleh Belanda (V.O.C.) dalam "Perjanjian Batavia" yang dibuat oleh Karaeng Popo itu.

Jadi sampai pada awal tahun 1667 kerajaan Gowa masih merupakan sebuah kerajaan yang besar dan berkuasa di Indonesia bagian timur. Kerajaan Gowa masih mempunyai kekuatan dan kemampuan yang hebat untuk memukul hancur musuh-musuhnya, baik di daratan Sulawesi Selatan maupun jauh di luarnya. Dengan ini jelaslah bahwa Belanda (V.O.C.) mau menipu kita dan kerajaan Gowa dengan menyodorkan sebuah perjanjian yang dibuat di Batavia, seolah-olah kerajaan Gowa, orang-orang Makasar tidak dapat dipercaya dan tidak tahu menepati perjanjian yang telah dibuatnya. Tentu saja Sultan Hasanudin dan orang-orang Makasar yang dijuluki "ayam-ayam jantan atau jago-jago Benua Timur" itu tidak sudi menerima apalagi mentaati perjanjian yang semacam itu. Perjanjian itu seolah-olah menurunkan derajat mereka sebagai jago-jago atau ayam-ayam jantan yang keok dan kalah perangnya. Seolah-olah mereka bangsa yang penakut dan menyerah tanpa syarat, sungguhpun baru dan hanya Benteng Pannakukang yang direbut oleh orang-orang Belanda (V.O.C.).

Perjanjian yang dibuat oleh Karaeng Popo pada tanggal 19 Agustus 1660 di Batavia itu dibuat dengan tidak jujur, dengan iktikad yang tidak baik. Perjanjian itu tidak sesuai dengan situasi dan kondisi kerajaan Gowa pada masa itu. Jiwa perjanjian itu sangat bertentangan dengan semangat pelaut orang-orang Makasar yang sangat disegani oleh orang-orang Belanda sendiri sebagai "De haantjes van het Oosten".

Demikianlah hubungan antara kerajaan Gowa dan Belanda (V.O.C.) makin hari makin memburuk dan tegang. Keadaan


164