Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/18

Halaman ini tervalidasi

kerajaan Gowa mempunyai susunan pemerintahan sendiri-sendiri. Susunan pemerintahan kerajaan-kerajaan itu berbeda-beda dan tidak sama keadaannya. Agar mempunyai gambaran sedikit jelas dan sedikit banyak ada sangkut-pautnya dengan Sultan Hasanudin nanti, ada baiknya kita uraikan secara singkat susunan pemerintahan kerajaan Gowa.

Kerajaan Gowa diperintah oleh seorang Raja yang disebut Sombaya. Selain dari Raja Gowa yang pertama, takhta kerajaan Gowa tidak pernah diduduki oleh seorang wanita. Raja Gowa yang pertama disebut Tumanurung, artinya orang yang turun dari langit atau kayangan. Menurut ceritera yang tersebut dalam buku sejarah Gowa, Tumanurung turun dari langit. Karena baginda turun di daerah Tammalate di Gowa, maka baginda sering pula disebut Tumanurunga ri Tammalate, artinya orang yang turun di Tammalate. Jadi sungguhpun Raja Gowa yang pertama adalah seorang wanita, namun setelah baginda wafat, tidak pernah lagi takhta kerajaan Gowa diduduki oleh seorang wanita. Rupanya sejak itu seorang wanita tidak dapat menduduki takhta kerajaan Gowa.

Lain halnya di kerajaan Luwu atau di kerajaan Bone. Seorang wanita dapat dan berhak menduduki takhta kerajaan. Demikianlah misalnya kerajaan Bone mengenal beberapa orang Ratu atau Raja perempuan yang terkenal di dalam sejarah. Kita sebutkan antara lain: We Banrigau Daeng Marowa Arung Majang (Raja perempuan Bone yang keempat), We Tenrituppu Matinrowe ri Sidenreng (Ratu atau Raja perempuan Bone yang kesepuluh), Batari Toja Arung Timurung, I Maning Aru Data Matinrowe ri Kassi (Raja Bone yang ke 25) dan Basse Kajuara Pelaengngi Passempe.

Seorang Raja Gowa yang paling dikehendaki dan yang paling memenuhi syarat, ialah yang disebut Karaeng-ti′no (Karaeng = raja; ti′no = masak atau matang). Karaeng-ti'no di Gowa ialah seorang yang baik bapaknya maupun ibunya berdarah bangsawan yang tertinggi dan harus seorang keturunan langsung dari Tumanurunga ri Tammalate (Ratu atau Raja gowa yang pertama).

Raja Gowa mempunyai kekuasaan yang mutlak (absoluut). Betapa mutlaknya kekuasaan Raja Gowa dapatlah kita gambarkan pada kata-kata bahasa Makasar: ”MAKKANAMA′ NUMAMMIO” artinya ”Aku berkata dan engkau mengiakan”. Maksudnya : Aku bertitah dan engkau hanya mengiakan saja. Jadi segala titah

5