Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/189

Halaman ini tervalidasi

Sekarang marilah kita kembali kepada nasib orang-orang Makasar yang ada di Selat Buton. Pasukan-pasukan Makasar yang sedang mengurung benteng pertahanan Buton terpaksa meninggalkan pertahanannya. Orang-orang Bugis segera bergabung dengan pasukan-pasukan Aru Palaka yang turut dalam armada V.O.C. itu. Orang-orang Bugis itu memukul pasukan-pasukan kerajaan Gowa dari dalam. Ada kurang lebih 5000 (lima ribu) orang Bugis yang turut di dalam armada dan pasukan-pasukan kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Karaeng Bontomarannu. Ada kira-kira 68 (enam puluh delapan) buah perahu yang segera bergabung pada Aru Palaka dan berbalik menyerang armada Gowa. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 3 Januari 1667. Kemudian pasukan-pasukan Belanda dan sekutu-sekutunya, ditambah dengan orang-orang Bugis yang berbalik dan orang-orang Buton yang merasa dirinya terlepas dari kurungan maut, menggempur dan mengejar pasukan-pasukan kerajaan Gowa. Kini keadaan berbalik. Pasukan-pasukan kerajaan Gowa yang tadinya bersikap menyerang, kini dalam keadaan diserang dan harus membela diri. Mereka tidak dapat lagi bertahan terhadap musuh yang jauh lebih besar jumlahnya dan lebih unggul persenjataannya. Apalagi karena daerah itu masih asing bagi sebagian besar dari mereka. Terutama karena kepanikan dan kekacauan yang disebabkan oleh berbaliknya orang-orang Bugis yang begitu besar jumlahnya, maka akhirnya orang-orang Makasar terpaksa menyerah. Jumlah mereka yang ditawan ada kurang lebih 5500 (lima ribu lima ratus) orang. Sebagian dari mereka, yakni ada kurang lebih 400 (empat ratus) orang yang sudah dipilih, yang badannya kuat dan sehat dibawa dan dijual sebagai budak. Sebagian besar lainnya lagi, yakni kurang lebih 5000 (lima ribu) orang dibawa ke sebuah pulau kecil yang letaknya di Selat Buton.

Sebagian besar orang-orang Makasar yang dibawa ke pulau ini tidak lama kemudian mati kelaparan atau karena penderitaan yang tak tertahankan. Pulau kecil ini kemudian dinamakan dan sampai sekarang terkenal dengan nama pulau Makasar. Perahu-perahu yang jatuh ke tangan orang-orang Belanda dan sekutu-sekutunya beratus-ratus buah jumlahnya. Seratus dua puluh enam buah diserahkan kepada Aru Palaka. Dua buah perahu yang terbesar yang masing-masing dipersenjatai dengan 18 (delapan belas) dan 15 (lima belas) buah meriam, yakni

175