Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/235

Halaman ini tervalidasi

mengadu-domba bangsa Indonesia untuk kemudian menguasai dan menjajah bangsa Indonesia yang sudah terpecah-belah itu.

Pada tanggal 29 Oktober 1667 dikirimlah sebuah utusan untuk membawa surat. Surat itu dibawa oleh dua orang bangsawan Bone yang dikawal oleh lima puluh orang yang bersenjata keris. Surat itu secara resmi disampaikan kepada Sultan Hasanudin di istana baginda di Sombaopu.

Lalu diadakanlah gencatan senjata selama tiga hari yang kemudian diperpanjang lagi. Selama diadakan gencatan senjata masing-masing pihak memperkuat pertahanannya. Namun pasukan-pasukan kedua belah pihak ada juga kesempatan untuk saling kunjung-mengunjungi. Terutama oleh pihak Belanda yang memang licik, hal ini merupakan kesempatan baik yang memang dipergunakannya pula dengan sebaik-baiknya. Mereka berusaha mengorek sebanyak mungkin keterangan mengenai keadaan pihak kerajaan Gowa. Pada kesempatan itulah Belanda berhasil memperoleh info bahwa tiga orang pemimpin dan bangsawan Gowa yang terkenal, yakni Karaeng Karunrung, Karaeng Popo dan Karaeng Lengkese menentang dan tidak mau mengadakan perjanjian perdamaian dengan pihak Belanda (V.O.C.). Ketiga orang pemimpin bangsawan Gowa ini menghendaki agar supaya peperangan dilanjutkan sampai titik darah yang penghabisan.

Dengan segala macam usaha disertai bujukan dan sikap yang manis orang-orang Belanda mencoba menarik hati para pemimpin dan bangsawan Gowa untuk mengadakan perjanjian perdamaian. Para pemimpin, pembesar atau bangsawan Gowa yang ragu-ragu dan tampak mulai bimbang hatinya, diberi hadiah-hadiah dan janji-janji yang menarik. Mereka dijanjikan kemerdekaan, bahkan nasib mereka akan dijamin dengan baik. Yang berhasil dapat dibujuk oleh orang-orang Belanda terdapat antara lain: Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala. Pun saudara Sultan Ternate, yakni yang bernama Kalamatta yang sudah lama berpihak kepada kerajaan Gowa dapat dibujuk dan dipikat oleh orang-orang Belanda. Kepada Kalamatta dijanjikan bahwa kemerdekaan dan nasib beliau akan dijamin dengan baik. Kepada para pemimpin dan pembesar serta bangsawan Gowa yang bersedia lari ke pihak Belanda (V.O.C.) Speelman dengan diam-diam mengirim surat dan hadiah-hadiah. Demikian pula kepada Kalamatta. Di dalam surat menyurat itu dengan manisnya Speelman memikat dan membujuk


220