Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/236

Halaman ini tervalidasi

Kalamatta agar bersedia memihak kepada Kompeni (V.O.C.) dan berbaik kembali dengan saudara beliau. Demikian pula dengan Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala. Kedua orang pemimpin dan bangsawan ini berhasil dibujuk oleh Speelman untuk berbalik dan berpihak kepada Kompeni Belanda.

Sesuai dengan janji yang sudah disepakati, maka pada tanggal 4 Nopember 1667 Speelman mengirim Aru Kaju ke daerah Turatea untuk berunding dengan Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala. Tidak lupa Speelman mengirimkan hadiah-hadiah dan janji-janji yang menarik kepada kedua orang pemimpin yang sudah menyatakan kesediaannya untuk menghentikan perlawanannya. Kedua orang pemimpin ini bersedia untuk berdamai dan berkawan dengan Belanda dan sekutu-sekutunya.

Bukan buatan marahnya orang-orang Gowa terhadap tindakan Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala ini. Mereka dianggap mengkhianati kerajaan Gowa. Karaeng Karunrung segera hendak menghajar kedua orang pemimpin ini dengan tiga ribu orang pasukan-pasukan beliau. Akan tetapi tindakan Karaeng Karunrung ini dapat dicegah oleh Sultan Hasanudin. Sungguhpun Sultan Hasanudin juga merasa jengkel dan marah atas perbuatan kedua orang pemimpin yang tidak setia itu, namun sebagai seorang Raja Sultan Hasanudin harus bertindak bijaksana dan pandai mengekang gejolak perasaannya.

Betapa lihainya Belanda (V.O.C.) mempergunakan setiap peristiwa yang sekecil-kecilnya sekalipun untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, dapat kita lihat dalam peristiwa membaliknya Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala ke pihak Belanda. Perlu kami katakan di sini bahwa sejak awal Nopember 1667 telah tercapai suatu gencatan senjata antara pasukan-pasukan kerajaan Gowa dan pasukan-pasukan Belanda beserta sekutu-sekutunya. Seperti yang kami sudah katakan tadi, pada tanggal 4 Nopember 1667 Speelman mengirim Aru Kaju ke daerah Turatea untuk berunding dengan Karaeng Laiya dan Karaeng Bangkala. Di sini kita dapat lagi melihat dengan jelas betapa tidak jujurnya orang-orang Belanda. Mereka mempergunakan cease-fire atau gencatan senjata untuk membujuk dan memikat pemimpin-pemimpin lawannya agar menghentikan perlawanannya dan berpihak kepada mereka. Bahkan dengan diam-diam dan secara sepihak Belanda mengadakan perundingan tersendiri dengan

221