Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/238

Halaman ini tervalidasi

sempatan yang sekecil-kecilnya sekalipun untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya.

Sungguhpun di dalam keadaan cease-fire atau gencatan senjata namun orang-orang Belanda tidak berhenti-hentinya mempergunakan kesempatan yang baik untuk mengadakan provokasi dan intimidasi. Mereka ingin memberi kesan seolah-olah secara mutlak dan sudah pasti mereka akan menang perang dan kerajaan Gowa pasti akan menyerah tanpa syarat. Perang urat syaraf yang dilancarkan oleh pihak Belanda memang tidak sedikit hasilnya. Banyak juga orang-orang bahkan pembesar-pembesar kerajaan Gowa yang terkena perang urat syaraf Belanda ini.

Demikianlah pada tanggal 14 - 15 Nopember 1667, jadi hanya beberapa hari sebelum "Perjanjian Bungaya" ditandatangani, ada beberapa orang pemimpin Gowa yang dapat dipikat oleh Belanda dan sekutu-sekutunya. Di sini Belanda mempergunakan lagi Aru Palaka yang memang besar sekali pengaruhnya untuk memikat mereka. Beberapa orang pemimpin Gowa yang memang diketahui tergolong orang-orang yang setuju diadakannya perjanjian perdamaian dengan Belanda (V.O.C.) pada malam tanggal 14 menjelang 15 Nopember diundang untuk mengadakan pertemuan dengan Aru Palaka.

Di dalam hal ini kita harus mengakui kelihaian dan kepandaian Belanda dalam mempergunakan setiap kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Perang urat syaraf yang dilancarkan oleh Belanda memang banyak juga hasilnya. Demikianlah pada tanggal 18 Nopember 1667 banyak sekali orang-orang Bugis yang dulu dibawa sebagai tawanan ke Gowa, pria dan wanita dengan membawa segala apa yang dimilikinya menuju ke daerah yang sudah diduduki oleh pasukan-pasukan Belanda dan sekutu-sekutunya.

Jadi perang urat syaraf yang dilancarkan oleh Belanda (V.O.C.) selama diadakannya gencatan senjata memang berhasil sekali. Hal ini perlu dicamkan oleh kita bangsa Indonesia sebagai pelajaran yang diberikan oleh sejarah kepada kita. Prof. Sir John Seeley di dalam buku belau yang berjudul "The expansion of England" antara lain menyatakan: "We study history that we may be wise for the event" artinya bahwa kita mempelajari sejarah agar kita menjadi bijaksana atau sudah mengerti sebelum sesuatu peristiwa terjadi.

223