Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/240

Halaman ini tervalidasi

pembesar-pembesar kerajaan Buton Sultan Hasanudin dan juga pembesar-pembesar kerajaan Gowa bersikap lain.

Pada tanggal 13 Nopember 1667, pada waktu pertemuan pertama di Bungaya hampir selesai, ada terjadi sebuah insiden. Rakyat yang berjejal-jejal di sekitar baruga atau balai tempat perundingan itu diadakan, makin mendesak ke dalam. Beberapa orang pemimpin pasukan Gowa berusaha mendorong mereka mundur. Oleh karena itu maka terjadi desak-mendesak. Beberapa orang kemudian terjatuh. Maka terjadilah kekacauan. Kedua belah pihak lalu siap dengan senjata di tangan. Insiden ini dapat diatasi dan hal yang lebih mengerikan tidak sampai terjadi berkat ketenangan sikap Sultan Hasanudin. Belanda sendiri mengakui dan mengagumi ketenangan sikap Sultan Hasanudin di dalam menghadapi suatu situasi yang tegang.

"De kalme houding van Speelman enerzijds en Hassan-Oedin anderzijds voorkwam erger" artinya: "Sikap tenang Speelman di satu pihak dan Sultan Hasanudin di lain pihak mencegah terjadinya hal-hal yang lebih hebat. Demikianlah antara lain yang dapat kita baca di dalam buku "Het Bongaais Verdrag" karangan Dr. F.W. Stapel halaman 181 yang menunjukkan ketenangan sikap Sultan Hasanudin di dalam menghadapi suatu keadaan yang gawat. Kalau tidak, maka insiden itu dapat meningkat menjadi suatu pertikaian bersenjata yang pasti akan mengambil korban jiwa yang tidak sedikit.

Ada dikatakan (dalam lontara Bone?) bahwa pada waktu diadakan pembicaraan-pembicaraan pendahuluan sebelum Perjanjian Bungaya ditanda-tangani Karaeng Bontomarannu dan Karaeng Karunrung menghilang dari istananya. Ada sumber yang menyatakan bahwa Karaeng Bontomarannu dan Karaeng Galesong yang meneruskan perlawanannya di pulau Jawa kelak adalah satu orang juga. Karaeng Bontomarannu dan Karaeng Karunrung tidak setuju untuk mengadakan perjanjian dengan musuh yang mereka benci itu. Mereka berkeras untuk melanjutkan pertempuran sampai kepada tetesan darah yang terakhir. Jadi antara Sultan Hasanudin dan kedua orang pahlawan Gowa itu terjadi perbedaan pendapat mengenai Perjanjian Bungaya. Karaeng Galesong (alias Karaeng Bontomarannu) dan Karaeng Karunrung tidak setuju diadakan perjanjian dengan Belanda (V.O.C). Mereka ingin agar peperangan dilanjutkan terus. Tapi di dalam sumber lain se-

225