Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/242

Halaman ini tervalidasi

menempatkan kepentingan rakyat dan kepentingan negara di atas kepentingan dirinya sendiri.

Kita sudah tahu bahwa Sultan Hasanudin bukan seorang penakut dan seorang pengecut. Sebagai bekas seorang Karaeng Tumakkajannangang, yakni pemimpin atau komandan pasukan-pasukan khusus kerajaan Gowa, Sultan Hasanudin tidak diragukan lagi keberaniannya. Sebagai seorang Karaeng Tumakkajannangang Sultan Hasanudin yang melatih dan menggembleng kesatria-kesatria Gowa yang karena kegagah-beraniannya oleh orang-orang Belanda sendiri dijuluki ”de haantjes van het Oosten” (= jago jago dari benua timur).

Seperti yang sudah kami singgung tadi, hanya karena ketenangan Sultan Hasanudin di satu pihak maka insiden yang terjadi pada tanggal 13 Nopember 1677 dapat diatasi. Ketenangan yang seperti itu pasti tidak akan dimiliki oleh seorang pengecut atau penakut. Tegasnya, banyak bukti-bukti yang dapat dikemukakan bahwa Sultan Hasanudin bukan seorang penakut atau pengecut. Sultan Hasanudin jelas seorang kesatria yang gagah-berani.

Sungguhpun Sultan Hasanudin sebagai seorang pahlawan yang gagah-berani, sebagai seorang penggembleng dan komandan pasukan khusus yang sudah beberapa kali memimpin sendiri pasukan-pasukan beliau di dalam pelbagai medan pertempuran ingin meneruskan peperangan, namun beliau tidak boleh bersikap buta tuli ternadap kenyataan pahit yang sedang dihadapinya. Sebagai seorang Raja dan sebagai seorang pemimpin tertinggi kerajaan Gowa beliau tentunya tahu betul betapa parahnya keadaan rakyat dan kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa betul-betul dikoyak-koyak oleh musuh yang datang membanjir dari segala penjuru: dari selatan, dari timur, dari utara dan dari barat. Pasukan-pasukan Belanda (V.O.C.) makin hari makin bertambah banyak jumlahnya, sedang pasukan-pasukan kerajaan Gowa sudah terlalu lelah. Mereka sudah sejak lama selalu siap-siaga dan terus-menerus bertempur. Tanah Gowa sendiri sudah sangat parah keadaannya karena menjadi arena pertempuran pasukan-pasukan yang berpuluh-puluh ribu orang jumlahnya. Sawah dan ladang tidak dikerjakan, bahkan banyak yang rusak diinjak-injak atau dihancurkan. Desa-desa dan lumbung padinya banyak yang dibakar dan dimusnahkan oleh pasukan-pasukan Belanda dan sekutu-sekutunya. Persediaan makanan rakyat berupa beras atau

227