Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/259

Halaman ini tervalidasi

tidak segembira orang-orang Belanda di Batavia yang berada jauh dari medan pertempuran.

Pada waktu Sultan Hasanudin menanda-tangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 Nopember 1667, ada dua orang bangsawan dan pemimpin Gowa yang penting tidak turut menanda-tangani Perjanjian Bungaya itu. Kedua orang ini ialah Karaeng Tallo dan Karaeng Lengkese, dua orang tokoh yang besar sekali pengaruhnya serta memegang peranan yang amat penting di dalam pertempuran-pertempuran yang telah kami uraikan di depan tadi. Speelman sangat menghendaki dan berusaha keras agar kedua orang tokoh dan pemimpin pasukan yang terkenal gagah-berani ini turut pula menanda-tangani Perjanjian Bungaya. Setelah berusaha dengan keras akhirnya tercapai jugalah keinginan Speelman itu. Pada tanggal 9 Maret 1668 Karaeng Tallo dan pada tanggal 31 Maret 1668 Karaeng Lengkese menanda-tangani pula perjanjian Bungaya.

Tadi sudah dikatakan bahwa sesaat sebelum Perjanjian Bungaya ditanda-tangani, pasukan-pasukan Belanda sangat menyedihkan keadaannya. Pasukan-pasukan Belanda (V.O.C.) banyak yang jatuh sakit dan mati. Sungguhpun sudah tercapai sebuah perjanjian dan mereka sudah ingin sekali dipulangkan ke Batavia, namun Speelman belum berani mengidzinkan mereka pulang. Karena keinginan mereka untuk pulang dan selekas mungkin meninggalkan medan perang yang bagaikan neraka itu tidak dikabulkan, maka mereka tidaklah begitu gembira. Mengapa Speelman tidak begitu gembira dan tidak berani memenuhi keinginan anak-buahnya yang sudah sangat gelisah itu? Rupanya Speelman memang sudah dapat memperhitungkan dan menduga bahwa perjanjian yang sangat merugikan dan merendahkan derajat kerajaan Gowa itu pasti tidak akan panjang usianya. Peperangan antara orang-orang Belanda (V.O.C.) dan kerajaan Gowa pasti akan pecah lagi. Speelman rupanya juga sudah tahu bahwa Sultan Hasanudin menanda-tangani Perjanjian Bungaya itu hanya karena terpaksa saja. Sungguhpun di dalam dada Sultan Hasanudin tetap berkobar sernangat perlawanan menentang penjajahan Belanda (V.O.C.) dan sungguhpun Sultan Hasanudin sebagai bekas pemimpin pasukan-pasukan gemblengan kerajaan Gowa, yakni bekas Karaeng Tumakkajannangang yang gagah-berani sebenarnya ingin meneruskan peperangan dan bertempur sebagai perajurit gemblengan, namun sebagai seorang

243