Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/286

Halaman ini tervalidasi

pada rapat-rapat di "Fort Rotterdam" atau "Benteng Ujung Pandang" selama Junius masih ada. Bahkan dalam tahun 1694 Aru Palaka meninggalkan Bontoala dan menuju ke Cenrana yang diperkuatnya dengan pasukan yang lebih 60.000 (enam puluh ribu) orang jumlahnya. Bahkan kalau perlu beliau akan menyerang "Fort Rotterdam".

Bentrokan kedua terjadi pada waktu wakil Belanda yang bernama Prins tadi diganti oleh Hartzing. Mungkin karena takut atau curiga, Hartzing melarang Aru Palaka masuk ke dalam "Fort Rotterdam" dengan pengawal atau pengiring. Karena merasa dirinya dicurigai maka Aru Palaka meninggalkan Bontoala dan beliau menuju ke Bone. Karena khawatir kalau hubungan antara Aru Palaka dan orang-orang Belanda di Ujung Pandang makin memburuk dan tegang oleh sikap serta tindakan Hartzing, maka dalam tahun 1695 pimpinan Belanda (V.0.C.) di Batavia memindahkan Hartzing dan menggantikannya dengan Van Thye. Untuk menyenangkan hati dan mengembalikan kepercayaan Aru Palaka terhadap Kompeni Belanda, maka pegawai V.O.C. yang sangat dibenci oleh Aru Palaka dikirim ke Jawa. Begitu besar hormat dan keseganan Belanda (V.O.C.) terhadap Aru Palaka. Dengan ini jelaslah bahwa sungguhpun Aru Palaka bersahabat baik dengan orang-orang Belanda (V.O.C.), namun beliau bukanlah seorang yang tidak mempunyai kepribadian dan mudah saja dihina atau diperintah oleh orang-orang Belanda.

Demikian pula beliau bebas dan mempunyai cita-cita yang besar untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan Sulawesi Selatan yang terpenting seperti Bone, Luwu', Gowa dan Soppeng di dalam satu tangan atau kekuasaan. Cita-cita ini jelas sangat bertentangan dengan keinginan dan membahayakan kedudukan serta kepentingan Belanda (V.O.C.). Dengan ini jelaslah bahwa julukan "pengkhianat" kepada Aru Palaka hanya karena beliau bekerja sama dengan Belanda memerangi kerajaan Gowa pada abad ketujuh belas, pada masa kita belum mengenal kebangsaan Indonesia, adalah tidak tepat dan tidak adil.

Aru Palaka telah menjalankan suatu strategi politik jangka panjang yang sangat bertentangan dan sangat berbahaya bagi strategi politik penjajahan Belanda. Bahkan strategi politik yang dijalankan oleh Aru Palaka mengancam kedudukan Belanda di Sulawesi Selatan. Jikalau Kompeni Belanda sangat khawatir, bahkan takut sekali jikalau kerajaan Gowa dan kerajaan Bone

269