Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/31

Halaman ini tervalidasi

dikarang atau disusun oleh Dr. H. Th. Chabot. Pada halaman 121 buku tersebut jikalau diterjemahkan dengan bebas dapat kita baca antara lain sebagai berikut: ”Raja dipandang mempunyai darah bangsawan yang semurni-murninya dan mempunyai sifat-sifat pribadi dalam potensi yang setinggi-tingginva. Kedua hal atau syarat itulah yang diharapkan oleh orang-orang Makasar dari seorang pemimpin. Jikalau seorang Raja memenuhi kedua syarat itu (darah bangsawan yang semurni-murninya dan sifat pribadi yang menonjol; penulis), maka akan ternyata bahwa baginda dapat memperluas daerahnya dan menambah jumlah rakyatnya. Jikalau seorang Raja tidak memenuhi kedua syarat itu, kerapkali terjadi perpecahan di dalam kerajaan itu. Perpecahan itu sering dimulai di dalam keluarga Raja sendiri. Sering sekali terjadi bahwa pada suatu pergantian Raja sudah dapat dilihat dengan jelas pertentangan antara: Anak Raja yang mempunyai hak secara formil, karena ia anak laki-laki yang tertua atau karena ia dipandang mempunyai darah bangsawan yang semurni-murninya dan anak Raja yang memiliki sifat-sifat pribadi yang sebaik-baiknya. Perpecahan yang seperti itu bagi Raja merupakan suatu ancaman. Kekuatan untuk mengembangkan kerajaannya menjadi kecil. Usaha Raja itu hanya tinggal diarahkan untuk mempertahankan kedudukannya di dalam kerajaan. Sebuah contoh yang klasik dari peristiwa semacam ini ialah Perang Saudara di kerajaan Sidenreng dalam tahun 1831 dan tahun-tahun berikutnya”.

Perlu kiranya kami singgung dan lanjutkan di sini, bahwa yang dimaksud di atas itu ialah sewaktu di Sidenreng terjadi perpecahan. Bahkan perpecahan ini kemudian meningkat menjadi Perang Saudara untuk menentukan siapa yang akan menjadi Addatuang atau Raja Sidenreng. Ada dua golongan yang saling berhadapan dan bertentangan, yakni:

  1. Golongan La Pangurisang yang disokong dan dibantu oleh Raja-Raja atau kerajaan-kerajaan Sawitto, Rappang dan kemudian juga oleh Barru.
  2. Golongan Datu Lampula yang disokong dan dibantu oleh Datu (Raja) Marioriawa (Soppeng), segolongan dari wajo dan Bone.

Dalam peperangan ini Belanda memperoleh peluang untuk mengadakan intervensi. Belanda mendukung dan memberikan

18