Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/40

Halaman ini tervalidasi

Sebelum mengakhiri uraian tentang tingkatan-tingkatan di dalam masyarakat di Gowa ini, perlu kami singgung di sini bahwa masih ada lagi golongan di dalam masyarakat di Gowa. Golongan ini ialah yang disebut "Tumanginrang" (manginrang = berhutang) atau Tumangempoang (empo = duduk). Karena masih berhutang orang-orang ini harus bekerja pada orang tempat mereka berhutang. Mereka harus bekerja sampai hutang mereka lunas semuanya.

Sungguhpun di sini kami hanya menguraikan tentang golongan atau tingkatan-tingkatan masyarakat di Gowa, namun dalam garis besarnya dan pada umumnya hal itu sama saja dengan golongan atau tingkatan masyarakat di tanah Bugis (Bone atau Luwu'). Hanya tentu ada perbedaan kecil dan mungkin dalam penggunaan istilah saja. Misalnya: Jikalau di Gowa dipergunakan istilah bahasa Makasar Anak Karaeng maka di tanah Bugis (Bone) dipergunakan istilah bahasa Bugis Anak Arung. Kedua-duanya berarti anak Raja. Kalau di Gowa dipergunakan istilah bahasa Makasar: Anak Karaeng Ti′no maka di tanah Bugis (Bone) dipergunakan istilah bahasa Bugis: Anak Arung Matasě. Ti′no (bahasa Makasar) dan Matase (bahasa Bugis) kedua-duanya berarti masak atau matang.

BENDA-BENDA PUSAKA DAN PENINGGALAN KERAJAAN GOWA

Untuk melengkapi uraian kami ini, maka perlu kiranya kami singgung sedikit tentang benda-benda pusaka kerajaan Gowa. Benda-benda pusaka kerajaan Gowa biasa juga disebut KALOMPOANG (Lompo = besar, agung). Jadi "Kalompoang" berarti benda-benda kebesaran kerajaan Gowa. Benda-benda pusaka atau "Kalompoang" ini sangat dimuliakan, bahkan dikeramatkan oleh rakyat Gowa dan orang-orang suku MaKasar pada umumnya. Yang terpenting dan yang terutama di antara benda-benda "Kalompoang" kerajaan Gowa itu ialah sebilah senjata, sejenis pedang atau kelewang yang disebut ”SUDANG”. Menurut adat dan menurut kepercayaan orang-orang Gowa serta orang-orang suku Makasar, barang siapa yang memiliki pedang yang disebut "Sudang" maka dialah yang berhak menjadi Raja Gowa. Orang yang memakai atau menyelipkan senjata "Sudang" di pinggangnya diaku sebagai Raja Gowa yang syah. Senjata "Sudang" ini dianggap sebagai senjata yang sangat

27