Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/42

Halaman ini tervalidasi

yat Gowa. Dari ayahnya yakni dari Karaeng Bayo, Raja Gowa II memperoleh pula sebuah pusaka yang disebut ”Tanruballanga”. Benda inipun kemudian menjadi benda pusaka kerajaan Gowa yang sangat dimuliakan oleh rakyat Gowa.

Ada lagi sebuah benda pusaka kerajaan Gowa yang juga dianggap penting dan dikeramatkan, yakni rantai yang disebut Daeng Tanisamang atau disingkat saja Tanisamang. Benda pusaka ini berupa sebuah rantai dari pada emas. Menurut lontara atau Sejarah Gowa, Tanisamang ini merupakan pusaka turun dari langit bersama Tumanurunga ri Tammalate. Setelah anak laki-laki Tumanurunga yang bernama Tumasalangga Barayang agak besar, maka Tumanurunga memotong kalungnya menjadi dua bagian. Sebagian dibawanya serta dan sebagian lagi diserahkannya kepada anaknya yang kemudian menjadi Raja Gowa yang ke II. Setelah menyerahkan sebagian kalungnya kepada anaknya, lalu beliau masuk ke dalam biliknya dan menghilang. Bagian rantai yang diberikan oleh Tumanurunga kepada anaknya itulah yang disebut Tanisamang, artinya tidak ada samanya. Dahulu, pada tiap Hari Raya Haji (ldil Adha) Tanisamang ini ditimbang beratnya. Menurut kepercayaan orang-orang Gowa dan orang-orang suku Makasar pada umumnya, berat Tanisamang ini tiap tahun tidaklah selalu sama. Beratnya adakalanya berkurang dan adakalanya bertambah. Jikalau berat Tanisamang berkurang, maka hal itu adalah suatu pertanda atau alamat yang tidak baik. Kerajaan Gowa akan dilanda bencana dan rakyat Gowa akan ditimpa malapetaka. Kalau berat Tanisamang berkurang, maka kerajaan Gowa akan dilanda penyakit menular atau epidemi dan sebagainya. Akan tetapi sebaliknya, jikalau Tanisamang bertambah beratnya, maka hal itu merupakan pertanda atau alamat yang baik. Kerajaan Gowa akan mengalami masa yang baik dan cemerlang. Panen akan berhasildan rakyat Gowa akan mengalami hari-hari yang bahagia.

Benda-benda kerajaan atau ”kolompoang” seperti Sudanga, Tanruballanga dan Tanisamang merupakan benda-benda pusaka kerajaan Gowa yang tertua. Benda-benda itu sudah ada sejak Raja Gowa yang ke I atau Tumanurunga dan Raja Gowa yang ke II yang bernama Tumasalangga Barayang. Ketiga kalompoang ini merupakan pusaka kerajaan Gowa yang tertua dan sangat dihormati serta dikeramatkan oleh rakyat Gowa.

29