Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/52

Halaman ini tervalidasi

Nama-nama Sultan itu biasanya diambilkan dari nama-nama Arab. Misalnya: Raja Gowa yang mula-mula masuk Islam, yakni Sultan Alauddin (Raja Gowa yang ke XIV), Sultan Muhammad Said (Raja Gowa yang ke XV) dan kemudian Sultan Hasanudin (Raja Gowa yang ke XVI) serta Raja-Raja Gowa sesudah Sultan Hasanudin.

6. Nama Anumerta. Menurut adat orang-orang suku Makasar dan juga adat yang dilazimkan oleh orang-orang suku Bugis, kepada Raja-Raja besar yang dihormati, misalnya Raja Gowa, Raja Luwu', Raja Bone, Raja Soppeng, Raja Wajo dan lain-lainnya sesudah baginda wafat baginda menapat lagi "nama anumerta". Lazimnya nama anumerta itu diambilkan dari tempat, keadaan atau sifat Raja itu wafat. Misalnya:

1) Tumenanga ri Gaukanna artinya yang wafat atau istirahat dalam perbuatan (baik)nya atau dalam masa pemerintahannya untuk Sultan Alauddin, Raja Gowa yang ke XIV.

2) Tumenanga ri Papambatunna artinya yang wafat pada batu-tulisnya untuk Sultan Muhammad Said atau Malikussaid, Raja Gowa yang ke XV. Nama anumerta itu diberikan kepada baginda, karena baginda terkenal mempunyai tulisan tangan yang bagus sekali.

3) Tumenanga ri Balla' Pangkana artinya Raja atau orang yang wafat di istananya yang indah untuk Sultan Hasanudin, Raja Gowa yang ke XVI.

Pun Raja-Raja Tallo yang lazimnya merangkap pula menjadi Mangkubumi atau Perdana Menteri atau Pabbicara Butta kerajaan Gowa, mendapat nama atau gelar anumerta. Yang terkenal antara lain, ialah:

1) Raja Tallo yang bergelar Sultan Abdullah Awalul Islam yang juga terkenal dengan nama beliau Karaeng Matoaya. Beliau ini masih seorang paman atau mamak Sultan Alaudin. Raja Tallo yang merangkap menjadi Mangkubumi kerajaan Gowa ini, setelah beliau wafat mendapat "nama Anumerta" yakni Tumenanga Agamanna artinya Raja atau orang yang wafat dalam agamanya, karena beliau terkenal sebagai seorang Raja yang sangat taat kepada agamanya. Ada juga yang menamakan beliau Tumenanga ri Tappa'na artinya Raja atau orang yang wafat

39