Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/53

Halaman ini tervalidasi

dalam kepercayaannya, karena beliau memang terkenal sebagai seorang Raja yang saleh.

2) Putera Karaeng Matoaya yang tersebut di atas, yang menggantikan beliau menjadi Raja Tallo dan merangkap sebagai Mangkubumi kerajaan Gowa, ialah Sultan Mahmud. Beliau ini lebih terkenal dengan nama Pakkaraengangnya, yakni Karaeng Pattingaloang. Beliau terkenal sebagai seorang Mangkubumi yang cendekia dan menguasai serta dapat berbahasa beberapa bahasa asing. Setelah wafat beliau diberi nama anumerta Tumenanga ri Bontobiraeng, artinya Raja atau orang yang wafat di Bontobiraeng, yakni sebuah tempat atau daerah di wilayah kerajaan Gowa.

Tadi kami sudah mengatakan bahwa juga orang-orang suku Bugis mempunyai adat kebiasaan memberikan nama anumerta kepada seorang Raja. Misalnya Aru Palaka Raja Bone yang ke XIV yang bekerja sama dengan V.O.C. melawan Sultan Hasanudin. Setelah wafat Aru Palaka diberi nama atau gelar anumerta "Matinrowe ri Bontoala" artinya Yang tidur di Bontoala (Matinrowe = tidur; ri = di; Bontoala sebuah kampung di bagian timur kota Makasar atau Ujung Pandang).

Raja Bone yang ke XI yang bemama La Tenriruwa Sultan Adam ayah dari ibu Aru Palaka. Jadi Aru Palaka adalah cucu Sultan Adam, Raja Bone yang ke XI. Setelah wafat Sultan Adam diberi nama atau gelar Matinrowe ri Bantaeng, artinya yang tidur di Bantaeng (Bantaeng adalah sebuah tempat di Sulawesi-Selatan).

Raja Bone yang ke XV, kemanakan Aru Palaka yang bernama La Patau yang juga terkenal dengan nama baginda Sultan Alimuddin. Setelah wafat La Patau Sultan Alimuddin lebih dikenal dengan nama anumerta beliau Matinrowe ri Nagauleng, artinya yang tidur di Nagauleng.

Raja atau Arung Matowa Wajo yang bemama La Tenrilai Tosengngeng tewas pada waktu baginda membakar sumbu meriamnya. Beliau diberi gelar atau nama anumerta Matinrowe ri Salekona artinya Yang tidur (= wafat) di kubu meriamnya.

Suku Jawa pun mengenal adat memberi gelar atau nama anumerta kepada seorang Raja yang sudah wafat. Misalnya: Putera Panembahan Senopati yang bernama Mas Jolang yang

40