Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/60

Halaman ini tervalidasi

Kemudian keadaan kacau-balau dan peperangan-peperangan sering terjadi. Gowa sering mendapat ancaman dari luar. Maka Paccallaya mengadakan perundingan dengan kesembilan penguasa yang bergabung dalam federasi Gowa itu. Perundingan itu mencapai suatu kata sepakat untuk mengangkat seorang Raja di luar kalangan mereka. Mereka pun seia sekata untuk memohon kepada Dewata (pada waktu itu agama Islam belum masuk dan tersebar di Sulawesi-Selatan) agar Sang Dewata menurunkan seorang wakilnya untuk memerintah mereka dan rakyat mereka. Rupanya permohonan mereka dikabulkan oleh Sang Dewata. Tidak lama kemudian terbetiklah berita bahwa di daerah Gowa, yakni di sebuah tempat yang disebut Taka'bassia ada seorang puteri yang turun dari kayangan.

Maka Paccallaya bersama kesembilan orang Gallarang (penguasa negeri) yang bergabung dalam federasi Gowa itu pergi menemui Tuan Puteri yang baru saja turun dari langit itu. Mereka pun mendapati seorang puteri yang cantik memakai sebuah kalung emas yang sangat indah buatannya. Siapa nama, dari mana negeri asal, siapa nama ayah dan siapa nama ibu Tuan Puteri yang cantik itu tidak diketahui. Selanjutnya beliau hanya disebut Tumanurunga, artinya orang yang turun dari langit atau dari kayangan.

Kemudian Paccallaya dan kesembilan orang gallarang itu pun memohon kepada Tumanurunga agar beliau suka menjadi Raja mereka. Maka terjadilah dialoog atau pembicaraan antara Tumanurunga di satu pihak dan Paccallaya beserta kesembilan orang Gallarang itu di lain pihak. Pembicaraan itu merupakan suatu perjanjian.

Hatta maka diangkatlah Tumanurunga menjadi Raja Gowa yang pertama. Dengan diangkatnya Tumanurunga sebagai Raja Gowa yang pertama, maka pemerintahan Gowa mengalami pula perobahan. Demikian pula kedudukan dan wewenang Paccallaya serta kesembilan orang Gallarang itu. Kini federasi Gowa yang terdiri dari sembilan negeri yang telah kami sebutkan di atas tadi menjadi sebuah kerajaan. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang Raja perempuan yang menjadi penguasa tunggal di seluruh wilayah kerajaan Gowa. Kesembilan orang penguasa atau gallarang tadi kini hanya menjadi "Kasuwiang Salapang" artinya: Sembilan orang pengabdi. Kemudian lembaga yang disebut

46