Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/61

Halaman ini tervalidasi

Kasuwiang Salapanga ini berobah menjadi Hadat Sembilan, yakni hadat kerajaan Gowa yang disebut "Bate Salapanga" artinya sembilan orang pembawa bendera atau sembilan orang pemegang panji-panji.

Setelah tercapai persetujuan antara Tumanurunga dan Paccallaya beserta kesembilan orang gallarang itu, maka dibangunlah sebuah istana yang besar lagi indah untuk Tumanurunga. Istana itu dibangun di tempat Tumanurunga turun dari kayangan. Istana itu besarnya sembilan petak. Istana itu dinamakan Istana Tammalate, artinya yang tidak layu, karena kayu-kayu yang dipakai untuk dijadikan tiang-tiang istana itu tidak layu pun setelah istana itu selesai dibangun. Kemudian tempat atau daerah itu dikenal dengan nama daerah Tammalate. Letaknya kurang lebih 10 (sepuluh) kilometer di sebelah selatan pusat kota Makasar atau Ujung Pandang. Sampai sekarang daerah Tammalate masih dianggap tanah atau daerah Gowa aseli. Di daerah Tammalate ini masih banyak dapat kita jumpai peninggalan-peninggalan sejarah yang mengingatkan kita kepada zaman kejayaan kerajaan Gowa.

Lambat-laun tersiarlah berita sampai ke mana-mana, bahwa di tanah Gowa telah turun seorang Tumanurung yang menjadi Raja di Gowa. Maka banyaklah kepala atau Raja dari negeri-negeri lain yang datang dan melakukan sembah kepada Tumanurung. Kemudian Paccallaya dan Kasuwiang Salapang masygul lagi. Mereka memikirkan bagaimana nanti jadinya jikalau Tumanurunga yang sudah menjadi Raja mereka itu wafat. Siapakah yang akan menggantikan baginda? Kemudian mereka sepakat untuk mencarikan jodoh bagi Tumanurunga ri Tammalate.

Hatta maka Tumanurung bersuamikan "Karaeng Bayo". Dari negeri mana asal, siapa ayah dan siapa ibu Karaeng Bayo ini tidak diketahui orang. Hanya diceriterakan di dalam "Patturioloang", bahwa Karaeng Bayo datang ke Gowa bersama seorang saudaranya yang bernama Lakipadada. Diceriterakan pula di dalam Patturioloang itu bahwa Karaeng Bayo mempunyai sebilah senjata, yakni sebuah sonri (sejenis senjata seperti kelewang atau pedang) yang disebut "Tanru'ballanga" Saudara Karaeng Bayo yang bernama Lakipadada mempunyai sebilah senjata seperti kelewang atau pedang yang terkenal dengan nama "sudanga". Kedua senjata ini, yakni Sudanga

47