Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/62

Halaman ini tervalidasi

dan Tanru'ballanga merupakan benda-benda Pusaka atau "kalompoang" kerajaan Gowa yang sangat dihormati oleh orang-orang Gowa dan orang-orang suku Makasar.

Setelah Tumanurunga ri Tammalate kawin dengan Karaeng Bayo, maka Paccallaya dan Kasuwiang Salapanga serta rakyat Gowa mulai hidup tenang, tenteram dan damai. Tidak lama kemudian, dari perkawinan Tumanurunga dan Karaeng Bayo ini lahirlah seorang anak laki-laki yang luar biasa keadaannya. Anak itu dinamakan Tumasalangga Barayang. Di dalam Patturioloang diceriterakan bahwa anak yang luar biasa itu lahir setelah ia tiga tahun lamanya dikandungkan oleh ibunya. Begitu anak itu lahir, begitu ia dapat berjalan, bahkan berlari-lari dan berbicara. Luar biasa bukan? Anak ini cacat, tidak seperti anak yang biasa (bahasa Makasar: sala-salang). Anak ini dinamakan Tumasalangga Barayang, karena ia mempunyai bahu (Bahasa Makasar: salangga) yang tidak rata. Bahunya yang sebelah ke atas dan yang sebelah lagi ke bawah. Daun telinganya berbonggol (Bahasa Makasar: Ma'buttu) dan daun telinganya yang sebelah lagi lebar. Telapak kakinya sama panjang tumitnya ke depan. Pusarnya besar seperti "baku' karaeng", (yakni sejenis bakul kecil yang terbuat dari daun lontar).

Sungguhpun cacat, namun anak itu mempunyai keistimewaan seperti yang dikatakan oleh ibundanya, yakni Tumanurunga sebagai berikut: "Mengapa anakku cacat, karena bahunya miring, telinganya seperti bukit melambai-lambai atau bukit yang tampak tinggi (bahasa Makasar: bulu' mangape). Rambut yang putus di Jawa didengarnya, kerbau putih mati di Salayar dapat diciumnya, merpati yang ada di Bantaeng dapat dilihatnya. Kakinya seperti kaki timbangan, pusarnya seperti mata-air besar dan tangannya pandai menikam (bahasa Makasar: limanna pakassing nobo'). Siapa yang menyembah kepadanya bertahil-tahil emasnya (artinya; akan jadi kaya-raya), siapa yang menyembah dia akan dipohonkan keselamatan dan akan menjadi rakyatnya."

Setelah Tumasalangga Barayang besar, maka Tumanurung memotong kalungnya menjadi dua bagian. Sebagian diberikannya kepada anaknya dan yang sebagian lagi dipegangnya sendiri. Kemudian Tumanurung masuk ke dalam biliknya dan di sanalah baginda menghilang. (bahasa Makasar: namantammo ri bilika,

48