Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/67

Halaman ini tervalidasi

orang-orang Belanda kedua kerajaan yang berpadu erat itu disebut juga "zuster-staten" artinya kerajaan atau negara bersaudara.

Tentang Batara Gowa diceriterakan pula bahwa baginda kawin dengan seorang putera Raja Garassi'. Siapa nama isteri baginda ini tidak disebutkan. Dari perkawinan Batara Gowa dan puteri Raja Garassi' ini lahirlah tiga orang anak, yakni:

  1. Seorang anak laki-laki yang bernama I. Pakere'tau yang kemudian terkenal pula dengan gelarnya Tunijallo' ri Passukki';
  2. Seorang anak laki-laki yang bernama Baratana yang kemudian mendapat gelar Karaeng Garassi';
  3. Seorang anak perempuan yang bernama Karaenga ri Bone. Siapa nama pribadi atau areng ri kale puteri ini tidak diketahui.

Setelah isteri Batara Gowa, puteri Raja Garassi' itu meninggal dunia, maka baginda kawin lagi dengan seorang wanita yang bernama I. Rerasi. Dari perkawinan baginda ini lahirlah dua orang anak, yakni:

  1. Seorang anak laki-laki yang bernama Daeng Matanre Tumapa'risi'kallonna. Siapa nama diri atau areng ri kale putera Raja ini tidak diketahui.
  2. Seorang anak perempuan yang diberi nama Karaenga Makeboka.

Setelah Batara Gowa wafat, maka baginda diberi nama atau gelar anumerta Tumenanga ri Parallakkena artinya orang beristirahat atau dimakamkan di halamannya. Baginda mewariskan takhta kerajaan Gowa kepada anak baginda yang bernama I. Pakere' tau sebagai Raja Gowa yang ke VIII. I. Pakere'tau ini terkenal pula dengan nama atau gelar baginda Karaeng Tunijallo' ri Passukki'. Berapa lama baginda memerintah dan bagaimana keadaan kerajaan Gowa di bawah pemerintahan baginda tidak banyak diketahui. Hanya disebutkan bahwa baginda wafat karena diamuk dengan sebilah "passukki'" yakni galah atau bambu yang runcing. Menurut ceriteranya Raja Gowa yang ke VIII ini pada suatu waktu membikin malu seorang hambanya sedemikian rupa, sehingga hamba itu mata gelap lalu menikam Karaeng Tunijallo' dengan sebilah "passukki'".

53