Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/79

Halaman ini tervalidasi

Dengan demikian maka berakhirlah permusuhan antara kerajaan Gowa dan kerajaan Bone yang sudah bertahun-tahun lamanya berlangsung. Kemudian Karaeng Tunijallo berusaha keras untuk memajukan kerajaan Gowa di dalam segala lapangan. Baginda mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja-Raja di luar Sulawesi Selatan, antara lain dengan Raja Mataram (di Jawa), dengan Johor, dengan Malaka, dengan Pahang, dengan Balambangan dan ke daerah timur dengan Raja-Raja Maluku.

Pada jaman pemerintahan Karaeng Tunijallo kesenian maju, terutama seni-ukir. Pada jaman pemerintahan baginda barulah orang-orang Makasar mahir menempa keris (bahasa Makasar: Iapa ma′ gau nauru nia′balla′ niukiri, namandede Mangkasaraka tobo, artinya: Baru pada masa pemerintahan baginda ada rumah yang diukir dan orang-orang Makasar menempa keris atau senjata tikam).

Pada jaman pemerintahan Karaeng Tunijallo diadakan pengawasan terhadap anak (pariah) sumpitan. Hal ini disebabkan karena ketika baginda berada di Bone dua kali baginda mendapat luka terkena anak sumpitan yang beripuh (beracun). Karaeng Tunijallo pulalah yang mula-mula mengangkat juru-tulis istana dan penulis sejarah atau ahli lontara, tukang cat perada (cat warna kuning seperti emas) dan pembuat dacin.

Karaeng Tunijallo pula yang mula-mula memperkenankan para perantau dan pedagang yang beragama Islam mendirikan mesjid di Mangalle Kaha (Sombaopu). Maksudnya agar supaya para perantau dan pedagang itu dapat atau senang menetap di Gowa dan dapat dengan leluasa menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Bahkan baginda menyuruh serta memperkenankan pula mereka untuk naik haji.

Tidak lama kemudian wafatlah Tumenanga ri Makkoayang setelah 11 (sebelas) tahun lamanya menjabat sebagai Mangkubumi kerajaan Gowa. Almarhum ini merangkap juga sebagai Raja Tallo yang ke IV. Setelah Tumenanga ri Makkoayang wafat; Karaeng Tunijallo masih juga mengadakan peperangan dan mengalahkan beberapa negeri antara lain: Luwu′, Batulappa, Segeri dan Marusu′. Ada pula disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Karaeng Tunijallo, yakni pada kira-kira tahun 1580, Sultan Temate yang bergelar Sultan Baabullah datang berkunjung ke Sombaopu, ibu negeri kerajaan Gowa.

65