Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/86

Halaman ini tervalidasi

nang-wenang, bahwa di Sombaopu banyak pahlawan-pahlawan Gowa yang gugur sebagai ayam jantan yang pantang menyerah dalam membela kehormatan bangsanya. Jadi sekali lagi perlu kami tegaskan di sini bahwa ADALAH SUATU KEBOHONGAN DAN KESALAHAN BESAR jikalau dikatakan bahwa pada waktu itu ibukota kerajaan Gowa adalah Makasar atau Ujung Pandang sekarang. IBUKOTA KERAJAAN GOWA PADA WAKTU ITU BUKAN MAKASAR ATAU UJUNG PANDANG, TETAPI SOMBAOPU. Di Sombaopulah para wakil atau duta negara-negara lain datang menghadap Raja Gowa. Jadi pada waktu itu Sombaopu sudah menjadi kota internasional dan menjadi bandar atau pelabuhan yang terbesar dan teramai di Indonesia bagian timur. Kota Makasar atau Ujung Pandang yang sekarang, pada waktu itu belum apa-apa. Setelah Sombaopu dihancurkan dan diratakan dengan tanah oleh Belanda (V.O.C.) barulah Makasar atau Ujung Pandang tampil ke panggung sejarah.

Pada waktu itu orang-orang Belanda (V.O.C.) berusaha menjalankan monopoli perdagangannya di bagian timur tanah air kita. Mereka menganggap orang-orang Makasar dan kerajaan Gowa sebagai penghalang dan saingan yang berat. Bahkan orang-orang Belanda (V.O.C) menganggap kerajaan Gowa sebagai musuh yang sangat berbahaya. Akan tetapi mereka belum berani secara langsung berperang dengan orang-orang Makasar atau kerajaan Gowa. Mereka berusaha dengan jalan diplomasi Belanda (V.O.C.) mengirimkan utusan-utusannya ke Sombaopu. Tugas utusan-utusan Belanda (V.O.C.) itu ialah mengadakan hubungan dagang dan mengusahakan perjanjian persahabatan dengan Raja Gowa. Namun karena syarat-syarat yang diajukan oleh pihak Belanda (V.O.C.) itu merugikan dan bertentangan dengan kepentingan kerajaan Gowa, maka utusan-utusan Belanda itu tidak pernah berhasil. Belanda selalu ingin menjalankan perdagangan monopoli atas hasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur. Belanda melarang orang-orang Makasar berdagang dengan musuh-musuh Belanda (V.O.C.). Pada waktu itu terutama orang-orang Portugis merupakan musuh besar dan saingan terberat orang-orang Belanda (VOC).

Tentu saja segala keinginan Belanda (V.O.C.) itu ditolak mentah-mentah oleh Raja Gowa, Kerajaan Gowa terbuka bagi semua bangsa yang mau mentaati hukum dan peraturan-peraturan

72