Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/93

Halaman ini tervalidasi

dahulu melakukan perdagangan di daerah sumber rempah-rempah itu.

Jikalau keluar kerajaan Gowa dan Sultan Muhammad Said harus menghadapi dan waspada terhadap orang-orang Belanda (V.O.C.), maka ke dalam kerajaan Gowa harus menghadapi Raja Bone yang bernama La Maddaremmeng. Raja Bone ini sangat ekstrim dalam menjalankan ajaran agama Islam, terutama dalam soal budak atau hamba sahaya. La Maddaremmeng mengeluarkan keputusan bahwa di dalam kerajaan Bone tidak boleh ada orang yang memelihara atau mempekerjakan hamba sahaya yang memang bukan keturunan budak. Orang-orang ini harus dibebaskan dan dibayar upahnya jikalau dipekerjakan. Siapa yang tidak mentaati keputusan baginda ini akan ditindak dengan keras. Pada waktu itu tentu saja banyak, bahkan boleh dikatakan seluruh pembesar dan bangsawan di kerajaan Bone terkena oleh peraturan ini. Mereka tentu saja menentang dengan keras peraturan Raja Bone ini. Bahkan ibu Raja La Madderemmeng sendiri yang bernama We Tenrisoloreng Datu Pattiro menentang baginda. Akan tetapi La Madderemmeng tidak menghiraukan segala tantangan itu. Pada tahun 1640 We Tenrisoloreng Datu Pattiro lari dari Bone. Mereka pergi ke Gowa dan minta perlindungan kepada Raja Gowa Sultan Muhammad Said. Berulang-ulang kali Sultan Muhammad Said berusaha menyelesaikan soal ini secara baik-baik. Namun baginda tidak berhasil. Maka pada tahun 1644 Sultan Muhammad Said memaklumkan perang kepada Raja Bone La Madderemmeng. Terjadilah peperangan antara Kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Dalam peperangan ini Gowa mendapat bantuan dari Wajo, Soppeng, dan Sidenreng. Peperangan berlangsung dengan seru. Pasukan-pasukan Bone akhirnya tidak dapat bertahan terhadap pasukan-pasukan musuh yang lebih kuat dan lebih besar jumlahnya. Maka Raja Bone La Madderemmeng dan seorang saudara baginda yang bernama La Tenriaji Tosenrima terpaksa meninggalkan daerah Bone. Mereka menyingkir ke Larompong dan Cimpu di daerah Luwu'.

La Maddaremmeng dapat ditangkap dan dibawa sebagai tawanan ke Gowa. Baginda diasingkan ke sebuah tempat yang disebut Sanrangang. Setelah wafat baginda diberi gelar atau nama anumerta Matinrowe ri Bukaka. Setelah Raja Bone La Maddaremmeng Matinrowe ri Bukaka kalah dan dibawa sebagai tawanan ke Gowa, maka dijadikanlah Bone Jajahan oleh kerajaan Gowa. Di dalam

79