Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/94

Halaman ini tervalidasi

lontara atau buku-buku sejarah Bugis sering dikatakan: "Naripoatana Bone seppulo pitu taung ittana" artinya: Maka diperhambalah Bone 17 (tujuh belas) tahun lamanya.

Kerajaan Bone yang sudah dikalahkan itu kemudian menjadi jajahan kerajaan Gowa. Lalu Sultan Muhammad Said minta Karaeng Pattingaloang mengadakan perundingan dengan Arung Pitu, yakni Hadat Tujuh kerajaan Bone. Mereka berunding untuk mencari dan menunjuk calon pengganti Raja La Maddaremmeng. Oleh Hadat Tujuh atau Arung Pituwe diputuskanlah untuk menyerahkan takhta kerajaan Bone kepada Sultan Muhammad Said. Akan tetapi Sultan Muhammad Said yang mengerti betul tentang adat-istiadat kerajaan menolak. Alasan baginda ialah bahwa menurut adat baik di Bone maupun di Gowa, tidak boleh mengangkat "orang dari luar" menjadi Raja di kerajaan itu. Orang yang bukan keturunan langsung dari Tumanurunge ri Matajang tidak boleh diangkat menjadi Raja Bone. Demikian pula adat di kerajaan Gowa. Seorang yang bukan keturunan langsung dari Tumanurunga ri Tammalate tidak boleh diangkat menjadi Raja Gowa. Hal ini diketahui betul oleh Sultan Muhammad Said. Dengan alasan itulah baginda menolak keputusan Arung PituE itu. Kemudian Sultan Muhammad Said menunjuk Karaeng Pattingaloang untuk menjadi Raja Bone. Akan tetapi juga Karaeng Pattingaloang menolak dengan alasan yang sama. Beliau pun tahu dan mengerti adat kerajaan Bone ini.

Akhirnya Sultan Muhammad Said terpaksa menerima tawaran Arung PituE dan baginda menunjuk paman baginda Karaeng Sumanna sebagai wakil baginda untuk menjalankan pemerintahan di Bone. Akan tetapi oleh karena Karaeng Sumanna merasa tidak mampu menjalankan tugas yang berat itu, maka dengan persetujuan Sultan Muhammad Said beliau menunjuk Tobala Arung Tanete (salah seorang Arung PituE). Tobala Arung Tanete inilah yang ditunjuk untuk menjalankan pemerintahan di Bone dengan gelar atau sebutan "jannang" (kira-kira sama dengan regent atau bupati).

Saudara Raja La Maddaremmeng Matinrowe ri Bukaka yang bernama La Tenriaji yang sudah kami sebutkan di depan tadi tidak tertangkap. Beliau dapat meloloskan diri dan kemudian kembali lagi ke Bone. Di bawah pimpinan La Tenriaji inilah rakyat Bone yang tidak mau dijajah oleh Gowa mengadakan perlawanan

80