Halaman:Sultan Hasanudin menentang VOC.pdf/98

Halaman ini tervalidasi

Raja Gowa dan ibu beliau memang bukan orang dari golongan ”Anak Karaeng ti'no”. Jadi ibu Sultan Hasanuddin bukan seorang wanita dari golongan bangsawan yang tertinggi derajatnya seperti halnya ibu Sultan Muhamad Said (ayah beliau) atau ibu Sultan Alaudin (kakek beliau). Tegasnya, Sultan Hasanudin memang bukan Anak Mattola yang paling memenuhi syarat untuk menduduki takhta kerajaan Gowa seperti halnya Sultan Muhamad Said dan Sultan Alaudin. Namun mengapa Sultan Hasanudin dapat juga menaiki takhta kerajaan Gowa yang pada waktu itu merupakan kerajaan yang terkuat, yang terbesar kekuasaannya dan yang paling besar pengaruhnya di Sulawesi-Selatan, bahkan di Indonesia bagian timur?

Di dalam bah I sub bab pemilihan dan pengangkatan seorang Raja telah kami singgung bahwa pergantian Raja banyak menimbulkan perpecahan, bahkan peperangan di antara golongan-golongan keturunan Raja yang mempunyai ambisi atau merasa dirinya berhak untuk menjadi Raja. Pergantian Raja sering diiringi oleh peperangan yang disebut ”Perang Mahkota” atau ”Perang Suksesi”, yakni perang untuk menentukan siapa yang akan menjadi Raja. Dan di dalam sejarah Indonesia amat banyak contoh yang dapat kita kemukakan, bahwa Perang Mahkota atau Perang Suksesi sering mengundang dan memberi peluang kepada kaum penjajah untuk mengadakan intervensi atau mencampuri urusan dalam negeri kerajaan-kerajaan di tanah air kita.

Di depan tadi telah pula kami singgung, bahwa menurut adat kelaziman kerajaan-kerajaan di Sulawesi-Selatan khususnya, syarat utama dan syarat yang paling dikehendaki untuk menjadi Raja, ialah calon Raja itu sedapat mungkin seorang anak Raja yang ”maddara takku”, sedapat mungkin seorang ”Anak Pattola” yakni baik ayah maupun ibunya dari golongan ”Anak karaeng ti'no”. Tegasnya, seorang calon Raja haruslah seorang bangsawan ”kelas wahid”. Kalau tidak memenuhi syarat-syarat yang dilazimkan oleh adat, maka pasti ada oposisi atau perlawanan yang sering menimbulkan Perang Mahkota atau Perang Suksesi. Terlebih-lebih bagi orang-orang suku Makasar yang terkenal sangat patuh kepada adatnya. Orang-orang suku Makasar terkenal sebagai suku yang sangat keras berpegang pada aturan-aturan yang sudah ditentukan di dalam adat.

84