Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/54

Halaman ini tervalidasi

hubungan dengan pemerintah Belanda yang kedua juga merupakan calon yang tepat dan tidak memusuhi pemerintah Belanda. Keduanya populer di kalangan pembesar Jambi.

Sudah barang tentu bahwa Sultan Thaha Syaifuddin lebih menyukai Adipati dari pada Prabu, karena Prabu tidak memusuhi pemerintah Belanda. Pada bulan-bulan permulaan tahun 1900 belun diadakan pemilihan Sultan, karena adanya tantangan dari Sultan yang sudah pensiun yang memberi tahu bahwa ia kurang senang atas dipensiunkan dirinya, karena hal ini dianggap bertentangan dengan adat yang tidak membenarkan pengangkatan orang lain sebagai Sultan, kalau Sultan yang ada masih hidup.

Sementara itu terjadilah pengusiran oleh sebagian besar penduduk Tembesi Ulu terhadap pimpinan mereka, Raden Thaha yaitu kakak Adipati dan Prabu, karena penyelewengan yang dilakukannya. Pemberontakan rakyat terhadap pimpinannya ini dengan diam-diam dibantu oleh Puspo Ali, Kepala daerah Marangin yang mengharap dapat memancing di air keruh untuk keuntungan dirinya.

Semula Sultan Thaha Syaifuddin dan Pangeran Diponegoro mencoba untuk menguasai keadaan, tetapi akhirya mereka cemas juga, kalau-kalau perlawanan rakyat itu meluas. Untuk menghindarkan hal yang tidak diinginkan itu, pemilihan Sultan baru, dianggap jalan yang terbaik. Untuk ini diadakanlah suatu rapat di mana Sultan Thaha Syaifuddin menentukan pilihannya, yaitu Adipati, sehingga Adipati terpilih sebagai Sultan. Berita tentang terpilihnya Adipati itu disampaikan kepada wakil politik pemerintah Belanda oleh suatu perutusan yang terdiri dari Pangeran Kusin, menantu Sultan Thaha yang sangat memusuhi Belanda dan anak-anak laki-laki Sultan yang sudah pensiun (16, p. 10).

Baik terpilihnya pangeran Adipati yang terkenal memiliki kepribadian baik, maupun susunan anggota perutusan tersebut dianggap oleh wakil politik pemerintah Belanda itu sebagai alasan untuk menilai bahwa keadaan pada waktu itu (permulaan Nopember 1900) sangat membesarkan hati dan mengandung harapan bahwa dalam waktu singkat dapat diadakan pertemuan dengan Sultan Thaha Syaifuddin dan Pangeran Diponegoro, sehingga timbullah harapan penyelesaian secara damai yang

49