Halaman:Sultan Thaha Syaifuddin.pdf/70

Halaman ini tervalidasi
  1. Selama membangun pangkalan di Muara Tembesi Kapa! "Alnoer" dipergunakan untuk mengangkut pasukan di Muara Tembesi.
  2. Sewa kapal "Alnoer" 1.000 gulden setahun. Orang-orang hukuman sebagai pekerja paksa diberi makan seperti serdadu pribumi.
  3. Perwira-perwira dan pasukan-pasukannya ditempatkan di bangunan-bangunan yang dibuat dari bambu dan berhubung dengan hawa Jambi yang panas, atapnya dibuat dari daun rumbia, bukan seng.
  4. Pembelian peralatan untuk pasukan pendudukan dilaksanakan di bawah pengawasan seorang opseter dan 8 orang bawahan dari bagian zeni.
  5. Selanjutnya diperlukan untuk membeli jukung dan perahu besar dan menengah guna pengangkutan pasukan dari satu tempat ke tempat lain.
  6. Komando atas pos-pos militer di Muara Tembesi diserahkan kepada Kapten Infateri P.A.H. Holten yang telah banyak berpengalaman dalam peperangan (16, p. 21 dan 22).

Demikianlah pokok-pokok rencana Komandan Militer Palembang yang telah disetujui oleh pimpinan militer di pusat untuk segera dilaksanakan. Meskipun demikian, karena pengangkutan tenaga dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembangunan kampemen atau asrama tentara dan penyiapan kapal serta perlengkapannya memerlukan waktu, maka pasukan pendudukan baru bisa diberangkatkan dari Palembang tanggal 2 Maret 1901.

Pasukan pendudukan tiba di Muara Tembesi tanpa mengalami kejadian apa-apa. Penduduk MuaraTembesi memperhatikan dari jauh dengan tenang. Keadaan kesehatan pasukan tetap baik dan semuanya berjalan ancar.

Kapten Staf Umum Kisjes dalam waktu singkat berhasil menemukan jalan baru ke mudik Balian yang bersambung dengan jalan Jambi – Muara Tembesi yang sedang dikerjakan. Penemuan jalan baru ini memungkinkan dibuatnya hubungan darat antara Jambi dengan Palembang, meskipun biaya untuk keperluan itu sangat mahal, karena harus melalui hutan-hutan.

65