Halaman:Sutan Lembak Tuah.pdf/104

Halaman ini telah diuji baca

kampung, cukup dengan gendang dan talempong, rebab kecapai tidak lupa, bersuka suka segala anak nagari.

Benarlah di hari itu, ramailah kampung oleh tamu, banyak orang yang berpangkat, para jaksa dan para demang, serta anjung Tuan Kumanndua, penghulu kepala dalam negeri, tidak ada orang yang terlupa, penuh sesak semuanya, maklum kita tetang itu, Tuanku Demang akan kawin, allahurabbi ramainya orang, suara motor menderu-deru, berderet mobil orag berpangkat, bersusun di tengah jalan.

Hari beranjak petang jua, berangsur pulang orang yang banyak, petang disambut dengan senja, senja disambut dengan malam, telah malam rupanya hari, dipasang lampu kiri kanan, tterang yang bukan alang-alang, cemerlang cahaya tengah rumah, bermacam ulah yang muda-muda, tertawa berderai-derai, semuanya bersuka-suka, hari larut tengah malam, di situlah baru sunyi senyap.

Sementara Sutan Lembak Tuah, beberapa bulan sesudah itu, diangkat menjadi penghulu, penghulu andika pusaka lama, pusaka gelar turun temurun, sejak dari nenek moyang, gelar sudah lama tak terpakai, dilipat saja di dalam peti, gelar Datuak Sinaro Panjang.

Diundang orang nagari, dipotong kerbau dengan sapi, dibuat helat menegakkan gelar, mengangkat Lembak Tuah jadi penghulu.

Sejak menjadi Tuanku Demang, surau dan mesjid didirikan, bandar dan sawah disuruh buat, hormat kepada yang tua-tua, sayang kepada yang lebih muda, kalau berkata lemah lembut, mulut manis kecindan murah, kesayangan penghulu yang banyak, dipelihara nagari dan kampung.

Berkat pengabdian Tuanku Demang, sabung pupuh sudah berhenti, berhenti segala perjudian, tidak ada maling dan curi, negeri aman kampung sentosa, ternak berkembang padi menjadi.

93