Halaman:Sutan Lembak Tuah.pdf/20

Halaman ini telah diuji baca

memakai baju berterawang, baju katun putih halus, memakai celana sutra hitam, berkain sarung dari jawa, kain jawa yang mahal harga, memakai kopiah beludru hitam, sangat elok dipandang mata, sangat tampan kelihatan, anak muda pandai bergaya, roman gagah kuning tersibak, prilaku elok perangai baik, jaranglah orang muda seelok itu.

Bagai roman bagai kelakuan, roman cerdik bahasa pun elok, sangat hormat pada orang tua, penyayang pula pada anak-anak, tidak pernah berhati marah, hanya kasih pada semua. Dia berpantang gelak terbahak, tidak pernah berkata kasar, rajin dan giat bekerja, sudah ke sawah ia ke ladang, salat dan mangaji tak pernah lupa, pandai bergaul dengan sebaya.

Akan hal Siti Rabiatun, ditating hidangan ke tengah rumah, lengkap dengan kopi kawa daun, sesudah nasi ditating, makanlah orang semuanya, nasi dimakan dua suap, cukup ketiga sudah berhenti, dicucilah tangan segera, seduah minum dan makan, dikapur sirih di cerana, dihisap sebatang rokok. Oleh mandeh si Rabiatun, dibakarnya kemeyan putih, asap membumbung ke udara, harumnya memenuhi rumah, lalu berkata Mandeh Rabiatun,

“Duhai Tuan Lebai Kari, mari dibakar kemenyan ini, kita meminta pada Yang Esa, umur panjang rezeki murah, amal ibadah bertambah-tambah, anak selamat dari bahaya, ditolong Sutan Lembak Tuah, budi dengan apa akan dibalas, Allah Taala sajalah yang tahu.”

Oleh Labai Kari, dibaca doa selamat, meminta rahmat pada Allah, memberi salawat pada rasul, doa dibaca sangat panjang, puaslah orang mengaminkan. Telah selesai Labai mendoa, Labai Pakiah Kari berkata, “Duhai Mandeh si Rabiatun, yang kita maksud sudahlah sampai, yang diama sudah pecah, minum dan makan sudah selesai, kami pamit hendak pulang, mohon dilepas dengan hati suci, kami hendak pulang kembali.”


9