Halaman:Sutan Lembak Tuah.pdf/22

Halaman ini telah diuji baca

Mendengar kata seperti itu, berkata mandeh Rabiatun, “Kami lepas dengan hati suci, beserta muka yang jernih.”

Labai bangkit dari duduk, diberi beras untuk sedekah, untuk dimakan dalam surau, serta uang yang berbilang, diterima Labai dengan senang, lalu ia kembali pulang. Hari beranjak petang, petang disambut senja, senja disambut malam, malamlah hari ketika itu.

Akan hal mandeh Rabiatun, dinyalakan pelita dalam rumah, sejak semalam malam itu, dilihat laku Lembak Tuah, anak dari Mandeh Sakdiyah, tak ada cela ditemukan, patut diambil jadi menantu, untuk suami si Rabiatun, begitulah pikiran sendirian, berkata-kata dalam hati, kalau dilihat asal usul, dari keluarga baik-baik, kemenakan Datuak Sinaro Panjang.

Ke pasar ke tengah pekan
Membeli kain tanah liat;
Di sini kabar dihentikan
Mari yang lain kita lihat.










11