Halaman:Sutan Lembak Tuah.pdf/28

Halaman ini telah diuji baca

menjaga anak kemenakan, parit pagar dalam negeri, jangan pagar makan tanaman.”

Mendengar kata demikian, melompatlah Lelo Kayo, diayun langkah disiapkan, didorong kuat si Lembak Tuah.

Sedang Sutan Lembak Tuah, dia pendekar sejak dulu, ditangkap kaki dihempaskan, dicoba langkah yang tiga, diayun disepak diterjang, tepat di pusar Lelo Kayo, kaki sampai Ia melenguh, sedang melenguh berlari panjang, takut dibunuh si Lembak Tuah.

Melihat pada si Rabiatun, iba hati Lembak Tuah, diantarkan pulang ke rumah, telah sampai di halaman, berkata si Rabiatun, “Duhai Tuan Lembak Tuah, usah Tuan berbalik pulang, mari makan dulu ke rumah, Tuan payah menolong denai.”

“Denai pulanglah dahulu, kalau ada hajat badan, lain hari denai kemari, insyaallah berbalik jua,” jawab Sutan Lembak Tuah.

Sambil berkata berbalik arah, lalu mulai melangkah, pulang kembali ke rumah, sudah malam kala itu.

Dan begitulah si Rabiatun, berkata ia pada mandehnya, “Duhai Mandeh oh Mandeh, sungguh buruk laku si Lelo Kayo, mentang-mentang kemenakan laras, memberi malu pada denai, baju di badan koyak-koyak, kepala penuh tanah liat, ngilu semua persendian, kalau tak tiba Tuan Lembak Tuah, alamat badan dapat malu, laku bagai setan dan anjing, perangai lebih dari babi di rimba,” berkata sambil menangis, air mata bagai manik putus tali, basahlah pipi keduanya.

Mendengar kata anak kandung, cemaslah hati mandeh kandung, tersirap darah di dada, dilihat anak dipandangi, rambut kusut bajupun koyak, wajah bergelimang tanah, menangis mandeh melihatnya, maka berkata mandeh kandung,

“Duhai anak kandung denai, elok anak di rumah saja, usah anak berjalan jauh, perihal si Lelo Kayo, kemenakan laras

17