Halaman:Sutan Lembak Tuah.pdf/32

Halaman ini telah diuji baca

BERTIMBANG TANDA



Akan hal mandeh Rabitun, sejak mendengar kabar buruk, hati yang tiada tenang lagi, duduk bermenung-menung sendiri, panjang pikiran kala itu, dilihat ana sudah besar, sudah patut diberi kawan, diberi suami tuk junjungan.

Di hari yang sehari itu, dijelang mamak Datuak Tungga, serta adik Sutan Palimo, dihimpun sekali ninik mamak, hadir semua di tengah rumah.

Berkata mandeh si Rabiatun, “Duhai Mamak yang tertua, perihal si Upik Rabiatun, kalau dilihat dipandangi, umurnya sudah tujuh belas, dilihat badan sudah besar, dipandang rupa dan roman, sudah patut dicarikan suami, untuk junjungan si Rabiatun carilah di Mamak untuk semenda, mata benih keturunan kita.”

Mendengar kata seperti itu, berkata Sutan Palimo, “Menurut pendapat denai, bagaimana kalau Haji Amat, orang kaya dalam kampung, punya sawah berbidang-bidang, banyak menyimpan emas dan perak.”

Mendengar pendapat itu, menjawablah Datuak Tungga, “Akan hal Haji Amat, Ia memang orang kaya, banyak menyimpan emas dan perak, tetapi sayang perangainya, sangat tidak denai sukai, haji yang amat rembang mata, gila beristri tiap tahun,

21