Halaman:Sutan Lembak Tuah.pdf/90

Halaman ini telah diuji baca

anak sekolah raja,dilihat tanda strip di lengan,heran tercengang Rabiatun,tersirap darah di dada, tiada yang bisa dikatakan.

Telah sampai di stasiun,lalu turunlah keduanya,yang terjadi masa itu, mobil menanti-nanti jua, mobil sedan baru dibeli,mobil yang sangat bagus,pakaian demang pergi kumisi.

Kononlah si sopir mobil,serta opas Tuanku Demang,bergegas lari menjemput turun,diambil kopor dan bungkusan, dibawa berlari masuk mobil, mobil sedan yang mahal harga, pakaian orang berpangkat tinggi.

Telah duduk di dalam mobil,mobil berjalan lari kencang, sedangkan Tuanku Demang,banyaklah orang memberi hormat, disambut saja dengan senyum manis.

Telah serentang perjalanan,cukup kedua rentang panjang, mereka pun hampir tiba,berhentimobil di halaman, halaman rumah mandeh kandung.

Karena terdengar mobil berhenti,langsung meninjau mandeh Sakdiyah,tampaklah Sutan Lembak Tuah,berdua dengan gadis Rabiatun,disambut anak turun ke jenjang.

Akan hal Siti Rabiatun,diperhatikan rumah itu,tidak serupa yang dahulu,serupa rumah laras-laras, kursi meja yang mahal harga, serta lemari cermin kaca, cukup dengan jam cermin besar,terhapar tkar permadani, tergantung lampu bermacam ragi,heran tercengang memandangi, melihat rumah yang besar itu.

Sudah maklum dalam hati, bahwa Sutan Lembak Tuah telah jadi Demang,heranlah Ia memikirkan, tidak berapa lama antaranya, terhidanglah nasi segera.

Berkata mandeh Sutan Lembak Tuah,“Duhai Upik Siti Rabiatun, nasi dihidang minta disantap.” Menjawab Siti Rabiatun, “Kalau begitu kata mandeh, marilah

kita makan sama-sama.”

79