Setelah minum dan makan,lau berkata Lembak Tuah,“Duhai Adik Rabiatun, marilah kita berjalan sekarang,berjalan ke rumah mandeh adik, mandeh telah lama menantikan.”
Lalu semasa itu, berjalan turun Siti Rabiatun, diantarkan
dengan mobil Lembak Tuah,sebentar saja antaranya,sampailah
mereka di halaman,dilihat kiri dan kanan, tampak mandeh sedang
menjemur, menjemur padi di halaman.
Begitu melihat mandeh Rabiatun, berlari mengejar anak
kandung,lalu di waktu itu, berkata mandeh kandung,“Duhai Orang
Muda Lembak Tuah, marilah naik ke rumah buruk denai,”berlari
duluan ke atas rumah,dihamparkan tikar pandan putih,tidak lama
kemudian, terhidang nasi di tengah rumah.
Berkata Sutan Lembak Tuah,“Akan hal makan minum,kami
baru saja makan, makan berdua dengan Rabiatun,di rumah mandeh
di kampung Dalam.
Bertanya mandeh si Rabiatun,“Duhai anak Lembak Tuah,di
mana dapat pangkat Demang, coba jelaskan pada mandeh.”
“Kalaulah itu pinta mandeh,akan dicurai dipaparkan,segala
tentang penanggungan denai,sejak bertolak dari kampung.”
Diterangkan pula segala perasaan,sampai menolong anak
kandung Tuan Residen di Betawi,tidak satupun yang tertinggal,
sampaimenjemput SitiRabiatun.
Mendengar perasaan Sutan Lembak Tuah, kadang-kadang
hati rusuh,kadang-kadang tertawa senang, lalu berkata Siti Rabiatun,
“Dengarkan oleh mandeh, mula bertemu jolong bersua, ia serupa
orang minta sedekah,kaki diikat sebelah kiri, serupa orang kena
tukak, pakaian buruk koyak-koyak,rupanya hendak menguji hati
denai.”
Mendengar kata demikian, riuhlah gelak tengah rumah,
mendengarkan cerita Lembak dengan Siti Rabiatun.
81