Pengadjaran sedjarah harus ditindjau kembali setjara prinsipiel jang harus lebih mengutamakan negeri sendiri, sehingga sedjarah keradjaan² Mataram, Modjopahit dan Kediri dikedepankan, dimana peristiwa² dan anekdot² diambil dari tjeritera² dan babad² jang masih ada dan kalau mungkin, diadakan ekskursi² sedjarah, sedang sedjarah „Indonesia-Nederland” hanja dibitjarakan jang bertalian dengan itu.
Logika penindjauan kembali jang penghabisan ini hanja dapat dibantah oleh seorang kolonis pendjadjah, djadi tidak oleh seorang manusia jang mempunjai „otak”. Dan tjita² jang disebutkan diatas untuk melindungi kesenian sendiri akan memperoleh sympati dari tiap² pentjinta pendjelmaan kebudajaan manusia, jang telah hampir menjerupai alam dalam kebanjakan bentuknja, seperti djuga harapan bahwa hal itu akan berhasil (di Eropah tjita² William Morris dan perkumpulan Jugendstil untuk mengembalikan ketjekatan dan perasaan kesenian dalam abad pertengahan telah terkutuk tidak berhasil).
Ketjuali unsur² ini untuk memperkuat kekuatan-bertahan batin ada djuga dimasukkan Dewantoro beberapa mata peladjaran untuk memadjukan kekuatan-bertahan praktis, dan untuk ini dimaksud misalnja mata peladjaran baru „ilmu kewargaan” dan barangkali djuga pengadjaran dalam bahasa Inggeris, jang disuruhnja diberikan dikelas enam (bahasa Melaju sebagai bahasa pergaulan antara pulau² adalah sebagai mata peladjaran mulai dari kelas empat). Demikianlah dianggapnja harus dipudjinja apabila dalam sekolah² partikelir seperti Muhammadijah diberikan djuga mata² peladjaran seperti hitung-dagang dan memegang-buku. Tetapi disini hanja dilihatnja tambahan jang ditudjukan kepada jang sosial-ekonomis dan dia kehilangan jang kulturil-nasional. Djuga arah jang ditempuh Moh. Sjafei dengan sekolahnja jang didirikannja di Kajutanam dalam tahun 1926, arah pergaulan pekerdja² dari Landerziehungsheime, dimana mata² peladjaran jang berbagai-bagai itu dipergunakan untuk memadjukan aktivitet, membuat tadjam daja menangkap, berpikir dengan teratur dan merumuskan pikiran dengan tadjam, djuga memadjukan rasa persekutuan, tidaklah diturutnja karena dorongannja jang pertama nampaknja bukanlah jang pedagogis-didaktis, tetapi jang politis-kulturil.
Jang penghabisan ini mempunjai daja menarik untuk orang² Indonesia jang berpihak nasional, djadi jang berpihak idealistis dan karena itu Taman Siswa, bertentangan dengan Ruang Pendidik Sjafei, mendjadi suatu gerakan nasional. Mengadjar bangsa sendiri, dan hal ini dalam djiwa nasionalis, adalah tentu tugas jang sewadjarnja untuk orang terpeladjar, dan pelaksanaannja dapat djuga sekaligus untuk mengembalikan persekutuan jang telah hilang dengan rakjat. Hal ini adalah sesuai dengan azas keempat:
4. Tidak ada pengadjaran, bagaimanapun tingginja, akan berhasil, apabila hanja beberapa lapisan dari pergaulan-hidup sadja jang ditjapai. Daerah² jang lebih luas harus diliputinja. Kekuatan sesuatu negara adalah djumlah kekuatan anggota²nja masing². Sebab itu perluasan pengadjaran rakjat termasuk dalam tjita² kita.
Dan mereka menerima ketiga azas jang berikut :
5. Mendjalankan tiap² azas meminta kesanggupan berdiri sendiri. Sebab itu kita tidak mengharapkan pertolongan dan bantuan, djika hal ini berarti djuga memper-
32