dengan tidak banjak ribut dan pada konggres pertama dalam tahun 1930 ternjatalah gerakan itu telah mempunjai 82 tjabang dengan 6319 orang djumlah murid seluruhnja. Dua tahun sadja kemudian djumlah tjabang?nja telah lebih dari dua kali lipat (168), tersebar dari Atjeh sampai ke Ambon dan dari Kalimantan sampai ke Bali, dan djumlah murid hampir (10.639). Perluasan jang tjepat ini tidak boleh tidak ada hubungannja dengan suatu pembaruan batin, walaupun bukan itu sadja.
Akibat krisis tahun 1929, jang membuat Pemerintah terpaksa mendjalankan penghematan dalam berbagai-bagai lapangan (dalam tahun '34 anggaran seluruhnja, jang pernah berdjumlah 1500 djuta, dikurangi sampai 400 djuta) dan mendjadikan dihentikannja perluasan pengadjaran, dan bertambah besarnja pengangguran, djuga dikalangan guru² jang baru tammat dari kweekschool, tampak dimana-mana. Karena permintaan akan pengadjaran tidak berkurang, bertambahlah pula dengan tjepat sekolah² liar pada umumnja. Ordonnansi pengawasan pengadjaran partikulir, jang telah kita sebutkan dahulu, telah mendjadi perlu dalam keadaan ini, ditindjau dari sudut sosial, karena dengan ordonnansi ini mungkinlah diadakan kontrole tertentu, misalnja kontrole atas ruangan sekolah dan atas harapan² jang ditimbulkan nama² sekolah itu pada orang² tua murid. Telah diatur hak² pemakaian nama (jakni H.I.S.) dan hak persamaan, jang dapat diberikan kepada sekolah² partikulir, jang memintanja dari inspeksi departemen pengadjaran dan jang mentjapai pada laporan inspeksi sekurang-kurangnja angka 5 (untuk hak pertama) atau sekurang²nja angka 6 (untuk hak kedua). Sekali dipersamakan (jang djuga untuk orang² tua menguntungkan dalam penetapan uang sekolah, sepandjang mereka masih mempunjai anak² lain disekolah-sekolah gubernemen), tjita² berikutnja adalah subsidi tentu, jang hanja diberikan, apabila sekolah itu menurut pendapat gubernemen benar² dibutuhkan. Subsidi ini biasanja diberikan sekali gus kepada sedjumlah sekolah² jang dengan teliti dibagi-bagi dikalangan berbagai-bagai kejakinan agama, djadi diantara sekolah² protestan, katolik, islam dan netral. Adanja sekolah netral istimewa menundjukkan, bahwa orang² Belanda jang lebih makmur tidaklah bersenang hati dengan Europese Lagere School kepunjaan gubernemen (jang dalam kota² besar masih pakai nomor, kurang lebih menurut kelas² kekajaan orang² tuanja). Djadi supaja djangan terikat dengan salah satu sekolah² zuster atau zending jang banjak itu, maka haruslah didirikan sebuah sekolah netral istimewa, tugas mana memberi lebih banjak penghargaan orang kepada adanja organisasi² batin seperti loge vrijmetselaars. Seperti kita lihat, djuga perkumpulan theosofi aktif dalam lapangan ini, sungguhpun hanja terutama dengan menjelenggarakan beberapa H.I.S. Sebagai perkumpulan idealistis jang bertudjuan untuk memperkenalkan djuga filsafat timur dibarat(dan pada achir abad jang lalu memang dapat dengan tjara demikian menarik kaum elite dalam lapangan batin, tetapi selandjutnja merosot dan lebih dapat menarik setengah-setengah intellektuil), tidak dapat tidak agak menarik bagi orang² Indonesia.
Djadi kalau disimpulkan, kita harus berkata, bahwa sekolah² partikulir meliputi seluruh lapangan, bukan sadja dibawah tingkat sekolah² gubernemen, tetapi djuga diatasnja.
Tetapi sekarang kita kembali kepada Taman Siswa untuk membitjarakan pem-
39