Halaman:Taman Siswa.pdf/54

Halaman ini tervalidasi

untuk dapat dipakai pada waktunja. Tetapi malahan ada tempat², dimana Taman Siswa terpaksa ditutup sama sekali, djadi djuga pengadjaran rendah, karena dengan uang sekolah jang masuk tidak lagi mungkin mengongkosi diri sendiri. Disamping ini harus dipikirkan, bahwa daja penarik pengadjaran dengan tjorak H.I.S. telah hilang dan bahwa murid² jang hanja karena itu dikirimkan ke Taman Siswa, mulai waktu itu, sama baik atau buruk tetapi djauh lebih murah, dapat masuk kesekolah-sekolah negeri. Tetapi dikota seperti Djakarta ada terdapat, bahwa kaum terpeladjar jang lebih makmur menundjukkan untuk pertama kali perhatiannja kepada pengadjaran Taman Siswa dan mengirimkan anaknja bersekolah kesana dengan kesedaran, bahwa djiwa pendidikan masih tetap baik disana. Kesemuanja itu pada achir pendudukan Djepang gerakan Taman Siswa masih hanja mempunjai 36 tjabang, dipulau Djawa dan Sumatera.

Tetapi ketika orang² Djepang melihat, bahwa kekalahan mereka sudah dekat, mereka memutuskan untuk menggiatkan nasionalismus Indonesia untuk dapat meninggalkannja sebagai bom-waktu. Untuk itu mereka mendirikan Panitya Penjelidik Kemerdekaan. Sebagai pemimpin panitya Sukarno menghendaki disokong oleh orang² lain, supaja disusun suatu rentjana lengkap U.U.D., jang disetudjui oleh orang² Djepang, (dahulu ditolak mereka mensahkannja), setelah dirundingkan, dengan Tokio — begitulah kata mereka. Pada perampasan-'setjara teoretis ini kekuasaan negara bukan sadja dirantjang U.U.D., tetapi djuga rentjana pekerdjaan dalam lapangan ekonomi, keuangan, pertanian, pengadjaran, walaupun hanja dalam arti orientasi pertama tentu. Ketua panitya penjusun rentjana untuk pengadjaran dan pendidikan adalah Ki Hadjar Dewantoro, dan ia djuga jang menduduki kursi Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan dalam kabinet presidentiel, sampai dalam bulan Nopember '45 dapat dibentuk kabinet pertama dibawah pimpinan Sjahrir.

Tidaklah menimbulkan keheranan, bahwa djuga promotor Taman Siswa jang lain, Mangunsarkoro, aktif sekali dalam waktu ini. Pada tahun '41 Mangunsarkoro masih inspektur segala sekolah² gerakan Taman Siswa di Djawa Barat dan direktursekolah² menengahnja, dan selama zaman Djepang, djuga sibuk dengan soal? pendidikan sebagai anggota badan penerbitan buku² untuk sekolah² menengah dan pada tahun '44 sebagai kepala Bagian Pendidikan untuk Orang² Dewasa, sehingga ia masih dapat djuga waktu itu membantu pemberantasan butahuruf. Dalam waktu revolusi ia terkenal sebagai penentang tiap² politik „memberi dan menerima”. Ia menolak pembitjaraan² dengan Komisi Djenderal dan penandatanganan persetudjuan Linggardjati, seperti djuga ia mengadakan opposisi dalam badan pekerdja K.N.I.P. terhadap persetudjuan Renville. Selama pendudukan Belanda di Djokja,ia tinggal beberapa bulan dalam pendjara, setelah ditangkap ketika mengadakan perhubungan dengan kaum gerilla digunung. Sebagai wakil P.N.I. baru, jang turut didirikannja djuga, (hanja nama sadja jang sama dengan partai sebelum perang), ia mendjadi Menteri P. P. dan K. jang ketudjuh dalam kabinet Hatta (Agustus '49). Undang² pengadjaran jang telah disahkan dibawah pimpinannja masih berlaku diseluruh Indonesia, sedjak pembentukan negara kesatuan (Ag. '50) sampai sekarang.

Djadi memanglah tidak mengherankan, bahwa tidak tiap² guru Taman Siswa

47