Halaman:Taman Siswa.pdf/73

Halaman ini tervalidasi

bangkan dirinja sendiri menurut bakatnja dan dapat memilih wudjudnja sendiri; tetapi jang terutama ialah bahwa kami dapat memberikan bantuan batin untuk itu. Kami ingin mengadjar mereka mengatasi pengaruh dari luar jang tidak dapat mereka elakkan nanti, dan hal ini kami lakukan dengan tjontoh kami sendiri. Waktu membuktikan, bahwa tjita² kami memang berbuah. Demikianlah misalnja ternjata, bahwa sebagian besar dari tokoh² pemimpin selama revolusi datangnja dari sekolah² Taman Siswa seperti Djenderal Sudirman. Dan djuga dikalangan pengarang² muda dapat kami tundjukkan murid² lama sekolah² kami, seperti Asrul Sani, Pramudya Ananta Tur dan Utuy Sontani.

Saja katakan, bahwa saja ingin melihat sekali dan mengalami sendiri pengadjaran Taman Siswa pada suatu hari sekolah biasa. Ia tidak berkeberatan sama sekali. Demikianlah saja pada suatu pagi, bersama-sama dengan seorang teman pengiring muda, ikut duduk berturut-turut dibangku sekolah dalam tiga kelas sekolah menengah dan dalam dua kelas sekolah rendah. Kekurangan alat² peladjaran dan perlunja untuk selalu membuat diktat adalah menjolok mata dalam kelas sekolah menengah. Tetapi hal ini dilakukan dengan tjara jang paling sewadjarnja dan dalam suasana persahabatan jang menggembirakan dengan „Pak” mereka didepan kelas, seorang mahasiswa muda, jang dengan kerelaan hati jang baik dan daja mengadjar jang meraba-raba membimbing murid²nja kedalam dunia pengetahuan. Tentu sekali dalam bahasa Indonesia. Sedjak tahun '42, murid² tidak pernah mendengar bahasa lain dan disini di Djakarta telah dipakai bahasa Indonesia mulai dari kelas satu. Disekolah rendah ini pengadjaran lebih diberikan oleh tenaga² jang terdidik baik dan saja hanjalah perlu melihat sebentar, bagaimana ibu jang „berwewenang” itu dengan perantaraan segala taktik vaknja dapat berbuat sekehendaknja dengan sekelas anak² ketjil dalam pertjakapan berganti-ganti jang teratur, untuk mengerti bahwa segala ketidakrataan dengan tiba² terhapus disini oleh tangan jang pasti.

Tentang murid²nja, djika saja tidak melihat segala gambar² dan sadjak² mereka dipertundjukan, maka beberapa orang anak perempuan jang berrok putih dan berbadju merah, djuga satu tjoretan dengan potlot dibangku jang berbunji „100 % merdeka”, telah membuat saja insaf, bahwa anak² disini dididik dalam suasana kebangsaan dan bahwa soal untuk mendjaga, supaja mereka tetap diluar politik, sedjak bertahun-tahun bukanlah soal jang mudah. Tetapi segala-galanja akan segera beres lagi pada hari jang aneh lagi sepi itu, distraat-straat jang mengibarkan bendera tetapi sunji, ketika Indonesia dengan tidak banjak ramai² memperoleh kemerdekaannja, disaksikan oleh orang² banjak jang berdjuta-djuta banjaknja dan berdjedjal-djedjal didepan istana.

Djadi pada saat ini bagi sekolah² di Djakarta mulailah tugas untuk membuktikan, bahwa djuga dalam keadaan baru itu Taman Siswa akan tetap memegang fungsinja jang mengatur dalam proses pembangunan jang sedang dialami Indonesia. Djika pada umumnja pengadjaran dalam hal ini mempunjai peranan penting, untuk pengadjaran Taman Siswa hal ini berlaku dua kali lipat dengan sifat kulturilnja, jang mendorong tetapi lebih² djuga jang memelihara itu, dan jang tentulah untuk sementara tetap mendjadi tjoraknja jang kentara.

Sekolah² sesetempat jang berbagai-bagai itu dalam hal ini akan dapat mempunjai

64