Halaman:Taman Siswa.pdf/78

Halaman ini tervalidasi

mereka takut untuk membuat udjian dan persentase lulusan masih tetap sedikit, sedang jang lain² menghentikan peladjaran²nja atau mengambil peladjaran partikelir dalam bahasa Belanda dengan bajaran mahal. Apabila Pemerintah tidak sanggup menjuruh memberi pengadjaran tinggi dengan tidak ada bahasa ini, maka haruslah ia mempunjai keberanian untuk menjampingkan sentimen² politik, djuga walaupun ada soal Irian, dan memberikan kesempatan disekolah-sekolah menengah untuk sedikit-dikitnja menguasai dengan passif bahasa Belanda *) dan djika perlu, memberikan pengadjaran tambahan dalam bahasa itu pada universitet sendiri. Hanjalah dengan politik realistis dapat dibangun Indonesia.

Ketjuali dari tjara bagaimana ia memulai soal bahasa Belanda jang pelik ini, ternjata djuga dari lezingnja untuk Jajasan Kerdja-sama Kebudajaan di Djakarta, bahwa ia tidak ikut dalam ketakutan politik Dewantoro. Dan pendapatnja tentang tjita² Taman Siswa sebagai tjita² universil diutamakannja djuga disana: „Manusia dari segala bangsa dan kejakinan dapat mendjadi anggota dan membantu mewudjudkan tjita² Taman Siswa, tjita² jang tidak hanja berlaku untuk orang Indonesia, tetapi djuga untuk tiap² orang.”

Seperti telah dikatakan Mangunsarkoro: „Disini kita lihat, bahwa dalam Taman Siswa lebih dipentingkan kemorilan dari pada kenasionalan („Dengan tidak ada ini Taman Siswa tidak akan dapat mendjadi lembaga pendidikan dalam arti jang sebenarnja”). Kenasionalan dianggap Taman Siswa hanja sebagai bentuk pendjelmaan kemanusiaan jang tinggi. Inilah selandjutnja jang mendjelaskan, bahwa Taman Siswa melihat dalam individu pusat kemadjuan masjarakat dalam arti seperti Foerster melihat djiwa kebudajaan sebagai kebudajaan djiwa.” (Kol. Studiën '38, hal. 597).

Benih tulen, jang kekuatannja untuk tumbuh tidak mengetjewakan kepertjajaan, adalah karena itu lebih lagi dari manusia Djawa seperti jang digambarkan dalam program-azas, manusia Djawa jang harus kembali kepada kebudajaan sendiri, singkatnja manusia jang memerlukan kemerdekaan untuk mengembangkan dirinja. Kemerdekaan ini menganggap, bahwa segala jang tidak tjotjok lagi dengan keadaan sekarang seperti jang diakui oleh Dewantoro haruslah ditinggalkan, dan barulah, apabila segala bangsa² mewudjudkan hal ini untuk dirinja sendiri, akan mungkin melakukan pertemuan jang tidak berpihak sama sekali untuk keuntungan kedua pihak.

Bagaimana benarnja untuk sementara hanjalah setjara insidentil dialami oleh beberapa orang. Pertemuan dengan Said saja anggap sebagai salah satu pengalaman jang berbahagia dalam hidup saja. Memang, seorang idealist adalah djarang terdapat dalam zaman kita ini, di Indonesia tidak kurang dari dinegeri laini didunia. Tetapi lebih dari idealismusnja, integritetnja menarik saja. Ia adalah salah seorang dari manusia jang tidak banjak itu jang ternjata berharga untuk hidupnja. Barangkali anggapan ini terlalu subjektif dan barangkali ada djuga artinja untuk mengatakan, bahwa ukuran ini hanjalah mungkin terdapat pada orang² jang sama umurnja. Untuk saja dialah orang kedua jang memberi kesan ini. Orang jang dapat

_________________

  • ) Sementara itu pengurus besar Taman Siswa menjatakan dalam konperensinja bulan Maret '51 keberatan terhadap pemasukan bahasa Belanda Sebagai mata peladjaran pada S.M.A.

69