Halaman:Tao Teh King.pdf/170

Halaman ini tervalidasi

TAO TEH KING.


satoe hal jang sanget moestail, apalagi bagi satoe radja besar dari djeman sekarang, aken adaken perobahan boeat perbaeki rahajatnja tjoemah dengan doedoek diam dan kasih sadja toeladan baek.

Memang djoega peladjaran batin jang paling tinggi ada amat soesah didjalanken dalem ini doenia kasar, dan boekan sadja dari Lao Tze, hanja dari Buddha, Khong Tjoe dan Kristus poen banjak jang amat soesah atawa tida bisa didjalanken dengen betoel oleh manoesia biasa. Boeat bisa toeroet sapenoehnja peladjaran Bud­dha orang moesti lepasken segala iketan doenia dan masoek djadi Bhikkhu, seperti djoega halnja sabagian dari orang Kristen, teroetama kaoem Roomsch Katholiek, jang pendita penditanja tida boleh poenja anak istri dan milik.

Peladjaran batin memang banjak jang tida bisa didjalanken oleh sembarang orang, dan dalem hal ini Lao Tze kaliatan ada toedjoeken perhatiannja pada itoe Djeman Emas (Golden Age), koetika Tiongkok diprentah oleh Keizer-keizer Nabi atawa Manu, dimana rahajatnja jang saderhana ada hidoep beroentoeng dengen pertjajaken segala apa di bawah marika poenja pemimpin, jang tida perna menggretjok dengen adaken segala matjem atoeran jang bikin rahajat merasa bingoeng dan iboek, dan achirnja menimboelken marika poenja nafsoe serakah jang membikin linjapnja katentreman.

Pada djemannja Lao Tze itoe kasaderhana'an, soeka dami dan toeroet prentah, masih terdapet pada rahajat jang oemoem, kerna Khong Tjoe poen selaloe mendesek boeat adaken perbaekan dari sabelah atas, dari jang mendjadi radja dan pembesar-pembesar, kerna rahajat tida soeka

154